Tradisi Turun Temurun, Warga Thekelan Berbondong-bondong Datangi Gereja untuk Ucapkan Natal

Tradisi Turun Temurun, Warga Thekelan Berbondong-bondong DatangiGereja untuk Ucapkan Natal

Semarang – Perayaan Hari Natal di Dusun Thekelan, Desa Batur,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang selalu berlangsung dalam tradisi
yang indah. Ratusan warga Dusun Thekelan, berbondong-bondong memenuhi
jalan utama dusun hingga jalur menuju Gereja Pantekosta di Indonesia
(GPdI) El Shaddai, Rabu (25/12/2024), untuk memberikan ucapan Selamat
Hari Natal kepada umat Kristiani.

Itu merupakan tradisi turun temurun sehingga Natal dalam damai dan
penuh nilai toleransi datang dari Dusun Thekelan di lereng Merbabu.
720 warga dari berbagai latar belakang agama turut menyalami para
jemaat yang saat ini merayakan Natal. Warga menangis haru saat
bersalaman dan saling bermaaf-maafan.

Kehadiran mereka untuk menyambut prosesi perayaan Natal, menandakan
eratnya persaudaraan di antara komunitas setempat. Anak-anak, remaja,
hingga orang dewasa dan lanjut usia tampak antusias. Mereka
bercengkerama sambil menunggu prosesi ibadah Natal selesai. Setelah
ibadah usai, pemuka agama Islam, Buddha, dan tokoh masyarakat setempat
turut hadir memberikan ucapan selamat kepada umat Kristiani yang
merayakan Natal.

Di sepanjang jalan menuju gereja, warga berdiri berjajar menyambut
jemaat gereja dengan penuh suka cita. Tak sedikit yang terharu hingga
menitikkan air mata, termasuk Juni Suyanti (30). Ia mengungkapkan
bahwa momen ini sangat mengharukan karena semua warga, tanpa memandang
agama, memberikan ucapan selamat secara bersama-sama.

“Kami dipersatukan di dalam lingkungan yang harmonis, penuh kedamaian
dan bisa saling menghormati walaupun berbeda keyakinan,” ujar Juni.

Ia menambahkan, kebersamaan seperti ini terjadi tidak hanya saat
Natal, tetapi juga pada Hari Raya Idul Fitri dan Waisak, mencerminkan
toleransi yang telah menjadi tradisi turun-temurun di Dusun Thekelan.

Kepala Dusun Thekelan, Agus Supriyo, menjelaskan bahwa tradisi saling
memberikan ucapan selamat saat hari raya keagamaan telah berlangsung
sejak zaman nenek moyang. Sejak tahun 2000-an, tradisi ini bahkan
berkembang menjadi momen saling memaafkan antarwarga.

Dengan populasi sekitar 720 jiwa dari 220 kepala keluarga, warga Dusun
Thekelan yang beragam agama Kristen, Islam, Buddha, dan Katolik hidup
berdampingan dalam harmoni. Tradisi saling mendukung dan membantu
dalam persiapan hari raya agama masing-masing menjadi bagian tak
terpisahkan dari kehidupan mereka.

“Jadi kami yang umat Islam dan Semua umat Buddha berbaris dijalan
dusun hingga jalan utama menuju gereja untuk memberikan ucapan selamat
kepada umat Kristen maupun umat Katolik,” jelas Agus Supriyo.

Pemandangan seperti ini bisa disaksikan saat perayaan Idul Fitri di
Masjid Abu Bakar As-Shiddiq atau Waisak di Vihara Buddha Bhumikka.
Semua warga tanpa terkecuali terlibat untuk memberikan dukungan dan
ucapan selamat.

Suasana penuh kebersamaan dan kedamaian ini merupakan hasil dari
kearifan lokal yang terus dijaga karena memperkuat kerukunan dan
menjaga perdamaian di Dusun Thekelan.