Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, melakukan sosialisasi ancaman pengaruh paham radikalisme dan terorisme dengan menggelar “Dialog Pencegahan Paham ISIS di Kalangan Perguruan Tinggi”. Acara ini dihelat hari Kamis (22/09) di Kampus Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.
Dialog ini akan menghadirkan beberapa narasumber, antara lain adalah; Dr. Didin Wahidin (Direktur Kemahasiswaan Ditjen Dikti), Ikhwanul Kirom (Pengamat terorirsme dan ISIS), serta Ali Fauzi, M.Pd. (mantan anggota jaringan terorisme). Sementara H.M. Aziz Syamsudin (Ketua Komisi III DPR-RI) akan didulat sebagai keynote speech
Secara tradisional, rekrutmen organisasi teror seperti ISIS, biasanya mengandalkan pengajian-pengajian untuk membidik calon anggota-anggota baru. Selain itu, biasanya organisasi teroris menjadikan kelompok berpendidikan rendah dengan taraf ekonomi menengah ke bawah sebagai target rekrutmennya. Karenanya bisa dimengerti kalau para anggota teroris biasanya banyak yang berasal dari wilayah-wilayah miskin, dengan tingkat rata-rata pendidikannnya minim.
Namun tren itu belakangan berubah drastis. ISIS misalnya, memanfaatkan internet, terutama media sosial untuk berkampanye secara massif untuk mencari para calon kader baru. Dari latar belakang pendidikan pun para anggota yang direkrut ISIS kini lebih majemuk. Sekarang mereka menyasar juga ke kelompok terpelajar. Begitu juga dengan latar belakang ekonomi anggotanya yang lebih beragam.
Melihat hal tersebut, kampus-kampus kini menjadi tempat yang rawan untuk dijadikan lahan kaderisasi paham terorisme. Generasi muda dari berbagai latar belakang dan tradisi berkumpul di setiap kampus. Mahasiswa juga adalah kelompok yang paling aktif memanfaatkan internet dan media massa. Imbasnya, mereka pula yang paling berpotensi terpapar pengaruh paham-paham radikalisme dan terorisme. Karena itulah potensi radikalisasi di lingkungan kampus perlu mendapat perhatian tersendiri.
Dialog seperti ini penting untuk memberi kesadaran pada seluruh elemen kampus tentang bahaya paham-paham kekerasan seperti radikalisme dan terorisme. Selain itu, kampus juga mesti dilibatkan secara aktif untuk menjadi salah satu benteng masyarakat dalam membendung masuknya pengaruh paham kekerasan dalam budaya masyarakat.