Surabaya – Para guru di Surabaya diinstruksikan untuk terus menanamkan
nilai-nilai Pancasila kepada siswa guna memperkuat pencegahan
radikalisme dan terorisme, terutama di lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh di
Kota Surabaya, Rabu mengatakan pentingnya peran guru dalam menanamkan
nilai-nilai Pancasila kepada siswa.
“Harapannya, teman-teman guru dapat menyesuaikan metode pengajaran di
sekolah sesuai dengan kondisi terkini,” kata Yusuf di sela kegiatan
pencegahan terorisme yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan
Terorisme (FKPT) Jawa Timur.
Ia mengemukakan, antisipasi radikalisme dan terorisme harus dilakukan
sejak dini utamanya terkait dengan metode pendekatan terhadap para
siswa. Selain itu, metode pembelajaran juga perlu diimprovisasi untuk
menjawab tantangan perubahan yang dihadapi oleh generasi muda saat
ini.
“Tentunya antisipasi mungkin dari kondisi anak-anak, kemudian cara
memberikan model pembelajaran seperti apa,” ujarnya.
Dalam upaya pencegahan radikalisme, Dispendik Surabaya telah
memfokuskan pada penguatan kurikulum seperti dengan menyisipkan pesan
kebhinnekaan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
maupun Pendidikan Agama.
“Contohnya di PKn atau pelajaran agama. Kan itu bisa di-toleransi kita
masuk, (kepedulian) antarsesama,” tuturnya.
Menurut dia, nilai-nilai kebhinnekaan sangat penting untuk
diintegrasikan dalam materi pembelajaran di sekolah. Pihaknya pun
telah meminta para guru SD-SMP agar mengimprovisasi nilai-nilai
Pancasila ke dalam kurikulum.
“Misalnya, melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang
menekankan pada kebhinnekaan global,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Yusuf memastikan bahwa setiap guru SD dan SMP di
Surabaya telah diminta agar menyisipkan nilai-nilai Pancasila dalam
setiap pembelajaran.
“Insya Allah sudah dilakukan, dan dengan adanya pertemuan hari ini,
saya akan memperkuat lagi ketika bertemu dengan para guru,” katanya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya,
Maria Theresia Ekawati Rahayu menuturkan upaya pencegahan radikalisme
dan terorisme tidak hanya terbatas di sektor pendidikan karena
sosialisasi juga dilakukan di berbagai tempat ibadah melalui Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Kami dari Bakesbangpol melakukan sosialisasi kepada pengurus tempat
ibadah terkait bahaya radikalisme, dan juga kepada mahasiswa perguruan
tinggi,” kata Yayuk sapaan akrabnya.
Selain sosialisasi di tempat ibadah dan perguruan tinggi, Pemkot
Surabaya juga memberikan perhatian khusus kepada anak-anak korban
radikalisme. Melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB),
dilakukan pembinaan khusus untuk anak-anak yang terdampak.
“Dinas Pendidikan juga memberikan pemahaman kepada siswa dan guru
mengenai pencegahan radikalisme dan terorisme,” ujar Yayuk.
Menurut dia, upaya pencegahan radikalisme di Kota Surabaya, dilakukan
sejak usia dini. Mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga
perguruan tinggi.
“Kami berharap, melalui langkah-langkah yang sudah dilakukan ini, kita
dapat mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme di masa depan,”
katanya.
Yayuk mengakui bahwa Surabaya memiliki tantangan tersendiri dalam
upaya pencegahan radikalisme dan terorisme. Sebagai kota terbuka yang
berada di tengah-tengah Indonesia Timur dan Barat, Surabaya berpotensi
terpengaruh oleh berbagai paham radikal, termasuk dari luar negeri.
“Oleh karena itu, kita harus bersama-sama melakukan pencegahan
terhadap radikalisme dan terorisme di Kota Surabaya,” katanya.