Terorisme jadi Ancaman bagi Generasi Muda, Guru harus Pahami Gejalanya

Manowari – Terorisme masih menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Dimana generasi muda masih menjadi incaran kaum kelompok radikal terorisme untuk direkrut. Karena paham radikal terorisme itu dapat masuk dari berbagai macam pintu dan para guru harus mengerti dan mengetahui gejala gejalanya.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Papua Barat, Abdul Fatah, S.Pd., MM., dalam sambutannya pada pembukaan acara  “Pelatihan Guru Dalam Rangka Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan Dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan dan Bullying”.  

Acara yang merupakan hari pertama dari bagian Program Sekolah Damai yang diadakan oleh Subdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) ini berlangsung di Aula SMK 2, Manokwari, Papua Barat, Rabu (13/11/2024) dengan dihadiri hampir 100 guru SMA/SMK sederajat yang ada di Papua Barat.

“Bicara terorisme ini sudah merupakan suatu ancaman bagi negara, ancaman terhadap kehidupan bangsa dan bernegara yang tentunya harus bersama-sama kita perangi.  Kita selaku pemerintah ataupun selaku kalangan sekolah, satuan Pendidikan, kalangan guru harus bersatu memerangi terorisme. Dan para guru harus memahami dan mengenali ciri cirinya jika hal itu ada pada siswa di lingkungan sekolahnya,’ ujar Abdul Fatah.

Menurutnya, dengan adanya kegiatan semacam ini akan semakin semakin dapat mengurang kegiatan-kegiatan aktivitas intoleransi kekerasan dan radikalisme di lingkungan sekolah. Dimana anak-anak semakin menyadari bahwa terorisme itu dapat masuk melalui berbagai pintu-pintu.

“Saya melihat terorisme itu dapat masuk melalui pintu agama. Menaruh suatu ujaran kebencian kepada suatu pemeluk agama lain, maka di sinilah mereka akan masuk. Dia juga menaruh ujaran kebencian kepada etnis atau golongan dan bahkan kepada pemerintah. Sehingga yang dikhawatirkan generasi muda ini ke depan akan ada kebencian terhadap kelompok etnis atau bahkan kepada pemerintah,” ujar Abdul Fatah.

Tentunya hal tersebut menurutnya menjadi sebuah ancaman. Tetapi jika ada kegiatan-kegiatan seperti ini yang digagas oleh BNPT seperti ini tentunya ini akan berdampak sangat positif. Karena bagaimanapun guru ini sebagai penyambung lidah, dimana guru ini yang berhadapan langsung dengan anak-anak dan guru inilah yang lebih tahu tentang karakter anak.

“Oleh karena itu seperti yang sudah sering saya sampaikan bahwa guru itu harus ada di garda paling depan. Janganlah kita pernah menyerah pada kondisi anak, tetapi kita harus selalu memberikan atensi kepada anak-anak, sehingga anak-anak ini nantinya akan memiliki nilai-nilai karakter yang akan membangun bangsa dan negara ini,” ujarnya.

Dirinya mengakui kalau di era sekarang ini berbeda dengan era jaman dahulu saat dirinya pernah menjadi guru. Dimana selama ini ada beberapa kendala yang dialami para guru dalam mendidik anak yang membuat guru ini sepertinya tidak terlalu maksimal di dalam hal pembinaan karakter anak.

“Pertama, adanya kekhawatiran dari orang tua, kekhawatiran dari keluarga dan kekuatiran terhadap aturan. Jika nanti akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya merugikan siswa, takutnya nanti berpotensi akan diproses secara hukum. Tetapi sesungguhnya saya selaku pribadi dan saya pernah menjadi guru saya tidak pernah takutkan hal itu sepanjang kita tidak mencederai anak secara fatal,” katanya

Dirinya menceritakan, dimasa saat dirinya kuliah dulu juga sudah diajarkan bagaimana memberikan hukuman kepada anak. Dimana anak yang terlambat bisa dihukum dengan cara memungut sampah dengan cara dia berolahraga misalnya berlari berputar lapangan sekolah atau juga mungkin bisa dilakukan untuk memberikan tugas-tugas yang lain kepada anak yang datang terlambat

“Tetapi di era sekarang ini sudah banyak guru-guru ini ada seperti sifat ketakutan. Tentunya hal itu tidak perlu kita takutkan. Salah satu contoh beberapa waktu guru honorer yang ada di Konawe Selatan, dan alhamdulillah dari pengadilan memutuskan dia untuk tidak dihukum,” ujarnya.

Tentunya hal tersebut menurutnya sebagai contoh motivasi untuk guru-guru yang lain agar jangan pernah berhenti untuk mengingatkan anak-anak selama guru itu berada di jalan yang benar dalam mendidik nilai nilai moral untuk anak. Karena nantinya para guru itu akan bertanggung jawab bukan hanya di dunia saja, tapi juga bertanggung jawab di akhirat.

“Tetapi kalau kita salah mendidik anak, lalu anak kita jadi teroris, tentunya kita akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Mungkin kalau seharusnya tempat kita di surge tetapi selama ini kita di dunia tidak memperhatikan anak-anak kita mungkin kita tidak akan masuk surga. Kalau kita selama ini mendidik anak-anak kita dengan baik tentunya itu jaminan bagi guru untuk mendapatkan surga dari Tuhan,” ujarnya

Dan dirinya melihat kondisi di Papua Barat terhadap generasi anak-anaknya sudah semakin membaik. Di mana seperti tingkat tawurannya sudah menurun jika dibandingkan pada tahun 2023 yang sering terjadi tawuran baik antar pelajar ataupun tawuran antar kelompok masyarakat.

“Tetapi kita melihat di tahun 2024 ini sudah semakin jauh menurun. Tentunya ini berkat kepedulian kita baik selaku pemerintah ataupun selaku halangan sekolah satuan pendidikan kalangan guru siswa dan sebagainya kita sudah menyatu,” katanya.

Oleh karena itu Abdul Fatah sangat mengapresiasi Program Sekolah Damai BNPT yang melibatkan apra guru dan siswa di Manokwari,  Papua Barat ini.  Karena dengan adanya pelatihan ini, para guru harus bisa lebih memahami pola pola intoleransi, radikalisme dan terorisme agar tidak menyebar di lingkungan sekolah. Dirinya berharap pelatihan seperti ini tidak hanya dilakukan di ibukota provinsi semata, tetapi kegiatan seperti ini sebenarnya juga harus dilakukan di tingkat Kabupaten,

“Karena di kabupaten itu banyak sekali guru-guru yang perlu mendapatkan pelatihan seperti ini. Mohon selanjutnya hal hal seperti ini kedepan bisa dilaksanakan di Kabupaten agar dapat dihadiri kepala Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten juga. Ini agar para guru di tingkat kabupaten dapat memahami masalah tiga dosa besar yang ada di dunia Pendidikan,” kata Abdul Fatah mengakhiri.

Acara yang dibuka Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH., M.Krim., ini  juga menghadirkan narasumber lain yaitu Akademisi dari Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Muhammad Abdullah Darraz, MA., M.Ud., mantan napi terorisme (mitra deradikalisasi)  Muhtar Daeng Lau, dan Psikolog untuk Komunitas Sekolah, Rinjani, S.Psi, M.Psi.

Sementara hari kedua program Sekolah Damai di Papua Barat dengan mengambil tema “ Pelajar Cerdas, Cinta Damai, Tolak Intoleransi, Bullying dan Kekerasan” ini akan berlangsung Kamis (14/11/2024) besok di SMK 2 Manokwari dengan menghadirkan sebanyak 300 siswa tingkat SMA/SMK yang ada di Manokwari.

Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber seperti Staf Ahli bidang Pencegahan  Kedeputian I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Prof. (Hc.). Dr. Muhammad Suaib tahir, Lc, MA,   Redaktur Pelaksana Pusat Media Damai (PMD) BNPT, Abdul Malik MA., dan Psi  dan juga Influencer Pendidikan, Vestita Elsada Rumaikewi. Acara ini juga melibatkan Duta Damai BNPT Regional Papua Barat sebagai fasilitator.  Kegiatan itu juga diwarnai dengan lomba menggambar di ember tempat sampah dengan tema “Tolak Intoleransi, Kekerasan dan Bullying yang diikuti seluruh sekolah yang hadir.