Sarankan Guru Perhatikan Pemahaman Agama Para Siswa, Eks ISIS: Jangan Sampai Bengkok

Banda Aceh – Mantan narapindana terorisme (napiter) yang kini menjadi
Mitra Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Muh. Aulia bercerita pengalamannya bergabung pada kelompok ISIS tahun
2014. Ia menegaskan bahwa terorisme merupakan kejahatan luar biasa
yang dapat menyasar siapa saja.

“Dari ekonomi yang menengah kebawah sampai keatas bisa terpapar paham
radikalisme terorisme. Ada banyak teman-teman pendidikan tinggi juga,
banyak juga pegawai BUMN, ada yang bekerja di embassy, background
pendidikan yang rendah juga sangat rentan, lulusan pendidikan STPDN
juga ada,” jelas Aulia saat menjadi narasumber pada kegiatan Pelatihan
Guru Dalam Rangka Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan Dalam
Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan dan Bullying di SMKN 2 Banda Aceh
(30/10/2024).

Dirinya mengungkapkan pernah tertangkap tahun 2017 di Turki, ditahan
di sana sebentar dan dipulangkan di Indonesia.

“Pada saat itu 2014 undang-undang terorisme belum setajam sekarang,
ada salah seorang teman bergabung dengan saya di tahun 2017. Kemudian
tahun 2019 kita bergabung kembali ke Afganistan, dan tertangkap lagi
oleh interpol dan dipulangkan ke Indonesia. Tahun 2022 saya kembali
kesini dan mendapatkan serangkaian pembinaan dari BNPT dan Densus 88,”
ungkapnya.

Dalam kesempatan ini Ia menekankan bahwa yang paling penting harus
diperhatikan oleh lingkungan sekolah adalah pemahaman siswa terhadap
agama. Menurutnya, mata pelajaran yang diberikan oleh guru terkait
keagamaan harus sejalan dengan nilai-nilai yang dianut dan jangan
sampai bengkok.

“Begitu pentingnya mengetahui perjalanan Islam yang benar agar
anak-anak kita bisa lebih terarah. Pengetahuan terminologi Islam
seperti khilafah, jihad, perlu mendalam, dan juga tentang sejarah,
kaitannya dengan nabi dan sahabat nabi ini sangat penting dan sering
di plintirkan,” tuturnya.