Jakarta – Peneliti Bidang Politik The Indonesian Institute, Center for
Public Policy Research (TII) Felia Primaresti mengingatkan kembali
peran penting pemuda dalam menjaga toleransi dan keberagaman di
Indonesia untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap
tanggal 28 Oktober.
“Dalam momen peringatan Sumpah Pemuda kali ini, kita diingatkan
kembali akan komitmen pemuda dalam menjaga persatuan, yang salah
satunya diwujudkan melalui peran mereka dalam mempromosikan toleransi
beragama dan mendukung pembangunan rumah ibadat bagi semua komunitas
untuk kerukunan antarsesama,” kata Felia dalam keterangannya di
Jakarta, Senin.
Momentum Hari Sumpah Pemuda juga menjadi pengingat bahwa sebagai
generasi penerus bangsa, pemuda berperan penting dalam menjaga
persatuan dan kesatuan, termasuk mendorong agar hak keberagaman agama
dihormati dan dilindungi.
Menurut Felia, isu toleransi di Indonesia masih perlu perbaikan. Hal
ini terutama berkaitan dengan isu pembangunan rumah ibadah yang masih
mengalami tantangan.
Ia mengatakan, dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 (PBM 2006) tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan
Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah Ibadah masih terdapat catatan yang seharusnya
diperbaiki.
“Selain itu, dalam banyak kasus, penolakan atau penggusuran rumah
ibadat masih sering dipolitisasi dan merujuk pada aturan yang dalam
praktiknya diskriminatif dan menimbulkan konflik,” imbuh Felia.
Mengingat hal itu, sambung dia, Hari Sumpah Pemuda kali ini perlu
menjadi momentum untuk mendorong generasi muda agar semakin peduli dan
terlibat dalam mempromosikan toleransi beragama dan menjadi agen
perdamaian dan keberagaman, serta kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Ia mengingatkan, pendidikan tentang keberagaman dan penghormatan
terhadap hak asasi setiap individu untuk beribadah merupakan salah
satu kunci untuk mengatasi perpecahan yang harus diikuti komitmen dan
integritas dalam penegakan hukum.
Di samping itu, Felia juga menyampaikan apresiasi dari berbagai
inisiatif yang sudah digerakkan oleh pemuda untuk meningkatkan
toleransi antaragama. Ia menyebut pemuda sudah banyak terlibat dalam
inisiatif dialog antaragama dan kampanye sosial yang bertujuan
memperkuat toleransi.
“Hal ini misalnya dilakukan oleh jaringan Gusdurian, teman-teman
Sejuk, dan masih banyak elemen masyarakat sipil lain termasuk yang
juga dilakukan oleh TII. Ini adalah beberapa contoh langkah nyata
dalam memastikan pembangunan rumah ibadat dengan menjamin dan
melindungi hak dan kebebasan setiap warga negara,” kata Felia.