Washington – Dua tentara Amerika Serikat (AS) mengalami luka-luka
dalam operasi gabungan dengan pasukan militer Irak menargetkan militan
Islamic State (ISIS) di negara tersebut pada awal pekan ini. Kedua
tentara yang cedera itu langsung dievakuasi ke AS untuk menjalani
perawatan medis lebih lanjut.
Operasi gabungan itu, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (25/10/2024),
dipimpin oleh Pasukan Keamanan Irak (ISF) nama resmi militer Irak dan
melibatkan pasukan AS yang ditugaskan di negara tersebut.
Operasi itu melibatkan serangan dan penyerbuan terhadap sejumlah
lokasi ISIS di wilayah Irak bagian tengah, dan menargetkan para
pemimpin senior ISIS, pada Selasa (22/10).
Dilaporkan oleh Komando Pusat AS atau CENTCOM bahwa setidaknya satu
anggota ISIS tewas dalam operasi tersebut.
CENTCOM juga melaporkan bahwa sejumlah tentara AS terluka saat
membantu pasukan Irak melakukan “eksploitasi lokal” dalam operasi
tersebut.
“Meskipun kedua anggota militer mengalami luka-luka serius, mereka
berada dalam kondisi stabil dan saat ini sedang dalam perjalanan ke
Pusat Medis Walter Reed untuk perawatan lanjutan,” ucap Wakil
Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, dalam pernyataannya kepada
wartawan setempat.
Satu lagi tentara AS mengalami cedera dan sedang diperiksa untuk
kemungkinan mengalami cedera otak traumatis (TBI). Namun Singh
mengatakan bahwa jumlah tentara yang menderita TBI bisa meningkat
seiring waktu karena pemeriksaan masih berlangsung.
Secara terpisah, Singh mengumumkan operasi lainnya yang juga dipimpin
Irak dan melawan para petempur ISIS di Provinsi Anbar. Penilaian awal,
sebut Singh, menunjukkan tidak ada personel AS yang mengalami
luka-luka, namun tidak ada informasi lebih lanjut yang bisa
disampaikan.
Operasi-operasi gabungan semacam ini digelar setelah rentetan serangan
udara yang menghantam area Irak bagian timur laut pada 14-15 Oktober
lalu menewaskan empat anggota ISIS, termasuk seorang pemimpin senior
kelompok radikal tersebut.
nargetkan ISIS di berbagai wilayah Irak dalam beberapa bulan terakhir,
dengan beberapa korban luka dari pihak militer AS. Pentagon telah
berulang kali dianyai soal penyebab jatuhnya korban luka dari pasukan
AS padahal operasi itu dipimpin oleh militer Irak.
“Meskipun operasi itu dipimpin oleh Irak, mereka tetaplah personel AS
yang menempatkan diri di area di mana terdapat aktivitas berbahaya,”
sebut Singh dalam penjelasannya, dan meminta pertanyaan serupa
diajukan kepada CENTCOM.
Operasi gabungan ini digelar setelah Washington dan Baghdad, pada
akhir bulan lalu, mengumumkan perjanjian dua bagian terbaru, yang akan
mengakhiri koalisi internasional pimpinan AS untuk mengalahkan ISIS di
Irak. Namun ditegaskan bahwa pasukan militer AS akan tetap hadir untuk
menangkal ISIS di Suriah.
Perjanjian itu disepakati setelah pemerintah Irak mendapatkan tekanan
domestik yang kuat dari para anggota parlemen dan kelompok yang
didukung Iran, untuk mengusir pasukan AS dari negara tersebut.
Diketahui sekitar 2.500 tentara AS berada di wilayah Irak atas
undangan otoritas Baghdad selama beberapa tahun terakhir. Tekanan yang
muncul menyebabkan perjanjian baru itu diumumkan pada September lalu.
Berdasarkan kesepakatan kedua negara, kehadiran pasukan koalisi
pimpinan AS di lokasi-lokasi tertentu di Irak akan berakhir tahun ini
dan dituntaskan pada September 2025 mendatang