Yogyakarta – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan kebudayaan saat ini harus lebih dilihat sebagai proses revitalisasi progresif, guna merangsang dinamika kebudayaan agar tidak stagnan, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dalam membangun Indonesia yang lebih baik, memperkuat nilai budaya dan kebangsaan dapat menjadi fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Hal tersebut disampaikan oleh Sri Sultan saat menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional Semarak Dirgantara 2024 di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, belum lama ini. Mengangkat tema “Ketahanan Sosial Budaya Sebagai Modal Dasar Menuju Indonesia Emas 2045”, Sri Sultan menegaskan, dinamika kebudayaan dan nasionalisme Indonesia menjadi daya dukung pembangunan Indonesia baru yang lebih baik.
“Proses revitalisasi kebudayaan ini, tidak hanya memberi ruang pada perubahan, tetapi tetap menyisakan ruang untuk hal-hal yang telah terlebih dulu ada. Dalam konteks inilah, dinamika kebudayaan dan nasionalisme Indonesia, sebagai dua entitas saling berinteraksi, harus diarahkan,” ucap Sri Sultan.
Untuk mendukung hal tersebut, Sri Sultan menyampaikan, sudah banyak konsep sustainable development, yang sebenarnya telah ada pada kebudayaan lokal. Misalnya dari Yogyakarta, kita dapat memetik pelajaran dari filosofi “Hamemayu”. Dimana filosofi ini, memiliki resonan dengan nilai-nilai warisan budaya dunia sumbu filosofi.
“Filosofi Hamemayu Hayuning Bawana itu menyandang misi akbar bagi manusia di dunia dalam tiga substansi yaitu, Hamengku Nagara, Hamangku Bumi, Hamengku Buwana. Saya berkeyakinan, bahwa prinsip-prinsip ‘Hamemayu’ dapat terus diperkuat melalui pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan,” ucap Sri Sultan.
Sri Sultan mengatakan, semua elemen masyarakat harus tetap menjaga dan memelihara semangat nasionalisme. Dengan demikian, dinamika kebudayaan yang berinteraksi dengan nasionalisme Indonesia, diharapkan mampu merangsang tumbuhnya semangat nasionalisme baru yang tidak inferior, tetapi mampu memerangi segala bentuk kemiskinan, keterbelakangan, korupsi, serta penyelewengan lainnya.
“Nasionalisme baru ini, hanya bisa dicapai melalui transformasi budaya, yang mampu menyaring dan mengadaptasi budaya iptek global bermutu. Disamping sambil mengukuhkan jati diri bangsa, yang berbasis pada pengakuan akan kebhinekaan,” kata Sri Sultan.