Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan
Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88 AT) Kepolisian Negara RI
(Polri) melaksanakan pertemuan dalam rangka memperkuat kolaborasi
dalam program pencegahan dan deradikalisasi.
“Beberapa hal yang menjadi fokus kami berdasarkan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2018, yaitu melakukan pencegahan, yang terdiri atas
kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi,” kata
Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono dalam pertemuan dengan Densus 88
di Jakarta, Senin (30/9/2024).
Eddy menyampaikan dalam tahapan deradikalisasi, sangat dibutuhkan
sebuah kolaborasi dan sinergi agar data dan informasi yang dihasilkan
tepat serta dapat digunakan untuk penanganan selanjutnya.
Untuk itu, kata dia, pemetaan kategori narapidana terorisme harus
dikoordinasikan agar terdapat rekam jejak untuk digunakan pada program
selanjutnya.
Dengan demikian dalam hal tersebut, BNPT akan terus melakukan
koordinasi yang baik dengan Densus 88 agar kinerja tidak terkesan
parsial.
Deradikalisasi merupakan salah satu program BNPT dalam upaya untuk
mengurangi dan menghilangkan paham radikal seseorang untuk mencegah
ancaman terorisme.
Dengan program tersebut, berbagai pemikiran pihak yang sudah terpapar
dengan paham radikalisme dinetralkan. Sasaran program deradikalisasi,
yakni para teroris yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas)
maupun di luar lapas.
Kepala Densus 88 AT Polri Irjen Pol Sentot Prasetyo berharap penguatan
kolaborasi tersebut dapat meningkatkan rasa aman bagi masyarakat.
“BNPT itu lembaga strategis yang mengoordinasikan kami. Harapannya,
berbagai kerja kolaboratif BNPT dengan Densus 88 dapat meningkatkan
rasa aman masyarakat,” ucap Sentot dalam kesempatan yang sama.
Dirinya juga mengimbau agar setiap personel yang berkaitan dengan
tugas penanggulangan terorisme dapat bekerja secara maksimal,
khususnya mengingat tantangan penanggulangan terorisme yang kian
kompleks.
Ke depannya, BNPT dan Densus 88 AT Polri juga akan bekerja sama dalam
menyusun indikator level ancaman terorisme.