Pancasila Solusi Permasalahan Sosial di Indonesia dan Dunia

Hamburg – Warga Negara Indonesia (WNI) di Jerman Utara, khususnya
pemuda Indonesia yang datang ke Jerman untuk belajar dan bekerja kerap
mengalami depresi karena culture shock dan kurangnya sistem pendukung
(support system) untuk membantu mereka menghadapi situasi yang sama
sekali berbeda dengan situasi di tanah air.

Sebanyak 6.655 masyarakat Indonesia yang berada di wilayah kerja KJRI
Hamburg harus menyesuaikan dengan situasi sosial dalam berinteraksi
dengan warga lokal yang beragam pula. Derap kehidupan di Jerman yang
sangat cepat pascacovid-19, membuat beberapa anggota masyarakat
Indonesia merasa kerekatan dan perasaan kebangsaan semakin berkurang.

Merespons situasi tersebut, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dan
KJRI Hamburg, Jerman menjalin kerja sama strategis dalam acara
Silaturahmi Kebangsaan yang diselenggarakan KJRI Hamburg, 11-13
September 2024. Kegiatan ini mengandung makna strategis dalam upaya
pembinaan ideologi Pancasila terhadap WNI di wilayah kerja KJRI
Hamburg.

Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri BPIP, Darmansyah
Djumala menuturkan, Pancasila merupakan solusi atas segala
permasalahan sosial. Bukan hanya bagi Bangsa Indonesia, melainkan bagi
masyarakat dunia secara universal.

“Pidato Bung Karno di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada 1960 yang berjudul ”To Build the World Anew” telah ditetapkan
UNESCO sebagai Memory of The World. Ini berarti PBB mengakui bahwa
Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang dapat diadopsi, baik
oleh PBB maupun negara lain”, terang Djumala.

Ia menjelaskan, nilai-nilai kebaikan dalam Pancasila akan tetap kokoh
bertahan dari masa ke masa sebagai kekuatan Bangsa Indonesia, termasuk
bagi para diaspora di Jerman.

“Dengan Pancasila, Bangsa Indonesia tetap utuh dan mampu bertahan
dalam kesatuan meski terjadi dinamika politik dunia. Berakhirnya
Perang Dingin pada 1991 telah meruntuhkan  Uni Soviet dan Yugoslavia.
Arab Spring pada 2011 membuat banyak negara-negara Arab Timur Tengah
bubar dan dilanda perang saudara. Namun di tengah gejolak politik
dunia itu, Indonesia tetap utuh dengan Pancasila dan NKRI-nya,” ujar
Djumala.

Djumala juga menguatkan para WNI agar selalu berpegang teguh kepada
Pancasila untuk saling bergotong royong dalam menyelesaikan sejumlah
persoalan selama tinggal di negara bagian yang memiliki keunggulan
dalam industri penerbangan (Airbus dan Lufthansa Technik) ini. Ia juga
berharap, WNI di Hamburg dapat selalu menjaga eksistensi Pancasila
sebagai pedoman hidup yang menjadi citra diri sehingga kini mereka
dihormati sebagai bangsa yang beretika dan dipandang positif oleh
warga Jerman maupun pemerintah Jerman.

“Saat ini ideologi Pancasila  menghadapi ancaman dari ideologi
transnasional. Masyarakat Indonesia di Hamburg dapat mewaspadai hal
tersebut karena dapat menyebabkan keterbelahan sosial dan bisa
mencederai citra masyarakat Indonesia di luar negeri,” ungkap Djumala.

Di tengah intensnya hubungan antar-bangsa di dunia, masyarakat
Indonesia di luar negeri sangat terekspose terhadap nilai-nilai baru
yang dibawa oleh ideologi transnasional, yang belum tentu sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. BPIP menilai, upaya menjaga ketahanan
ideologis di kalangan masyarakat menjadi hal yang mendesak dalam
pembinaan masyarakat Indonesia di luar negeri.

Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah mengajak masyarakat Indonesia di
Braunschweig untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia
di tanah rantau dengan senantiasa menghayati dan memegang teguh
nilai-nilai Pancasila.

“Pancasila adalah perjanjian luhur bangsa Indonesia yang sudah final
dan tidak bisa diubah oleh siapapun dan sampai kapanpun. Bangsa
Indonesia yang merdeka didirikan bukan karena atas pertimbagan
mayoritas atau minoritas. Tapi bertujuan untuk mensejahterakan rakyat
dan melindungi segenap tumpah darah Indonesia yang beraneka ragam
suku, etnik, bahasa, budaya dan agama,” ungkapnya.

Basarah juga mengajak masyarakat Indonesia di luar negeri untuk mejaga
keutuhan, persatuan dan kesatuan dengan menghormati perbedaan dan
keberagaman.

KJRI Hamburg dan Perwakilan-Perwakilan Indonesia di luar negeri
memainkan peran strategis untuk senantiasa menjaga kekompakan dan
keharmonisan hubungan sosial sesama bangsa Indonesia di luar negeri.
Untuk itu, Konjen KJRI Hamburg, Renata Siagian berharap pembinaan
kepada para diaspora terus dilakukan guna memupuk ketahanan ideologi
Pancasila di kalangan masyarakat Indonesia di luar  negeri.

“Kurangnya pemahaman terhadap budaya Indonesia menyebabkan mereka yang
lahir di Jerman menjadi kurang peka terhadap isyarat sosial dari
keluarga mereka sendiri, maupun ketika berinteraksi dengan keluarga di
tanah air,” ungkap Renata.

Ia menambahkan, dalam beberapa pertemuan dengan masyarakat, KJRI
menerima masukan mengenai concern orang tua yang menginginkan
anak-anaknya dapat belajar Bahasa Indonesia, mengenal budaya dan
nilai-nilai bangsa Indonesia, tanpa menutup diri terhadap hal-hal
positif yang mereka pelajari di Jerman.

“Karena itu nilai-nilai tersebut perlu terus ditanamkan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di Jerman,” tutup
Renata.