Eks Pimpinan Jamaah Islamiyah Ungkap Bahan Peledak dan Senjata TelahDiserahkan ke Densus 88

Jakarta – Mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) periode 2008-2019,
Para Wijayanto mengatakan, para mantan anggotanya telah menyerahkan
berbagai peralatan dan bahan senjata kepada Densus 88 Antiteror Polri.

Ia mengatakan senjata tersebut di antaranya senapan laras panjang M-16
hingga bahan peledak trinitrotoluene (TNT). Para mengatakan mengetahui
hal tersebut dari foto-foto yang ditunjukkan tim Densus 88 kepada
dirinya.

Hal tersebut disampaikannya dalam wawancara khusus di kawasan Jakarta
pada Senin (16/9/2024). “Kemarin saya ditunjukkan foto-fotonya itu ada
bahan peledaknya TNT diserahkan. Punya TNT kan nggak sembarangan.
Efeknya kan luar biasa. Kemudian juga senjata, M-16 saja dikasihkan.
Laras panjang dikasihkan, laras pendek dikasihkan,” kata Para.

“Nanti bisa dikonfirmasi, artinya dari situ Densus terbuka dengan kita
bahwa di bawah, di luar karena kita nggak bisa keluar kan, apa yang
sudah diputuskan (pembubaran JI) itu mendapatkan dukungan,” sambung
dia.

Berdasarkan data yang dihimpun dari sumber Tribun Network, sejumlah
mantan anggota JI telah menyerahkan sejumlah jenis senjata, munisi,
dan barang yang diduga bahan peledak. Mereka menyerahkan bahan peledak
tersebut di antaranya di Lombok Utara, Jawa Tengah, dan Sulwesi Tengah
pada tahun 2024.

Berikut ini daftarnya:

Lombok Utara Nusa Tenggara Barat:
1. 2 pucuk Senjata Api Revolver kaliber .38.
2. 39 butir Amunisi Peluru Tajam berwarna kuning kaliber .38.
3. 1 plastik serbuk berwana hitam kecokelatan.
4. 1 karung ukuran 25 kg serbuk berwarna kuning.
5. 1 plastik merah bubuk berwarna hitam.

Jawa Tengah:
1. 1 pucuk airsoft gun jenis pistol.
2. 45 butir amunisi kaliber .223.
3. 521 butir amunisi kaliber .45 mm.
4. 66 butir amunisi kaliber .9 mm.
5. 9 butir amunisi kaliber .22 mm.
6. 1 buah granat.
7. 7 buah crossbow.
8. 1 ember anak panah.
9. 1 buah tabung gas selam dan selang.
10. 1 pucuk senjata api laras panjang M16.
11. 1 botol cairan hitam

Sulawesi Tengah:
1. pucuk senjata api pabrikan jenis revolver.
2. pucuk senjata api pabrikan jenis FN.
3. 240 butir amunisi kaliber .223.
4. 13 butir amunisi kaliber .9 mm.
5. butir amunisi kaliber

Para menjelaskan setelah pembubaran JI pada 30 Juni 2024 lalu,
pihaknya tengah berupaya agar para mantan anggota JI menyerahkan
seluruh senjata, termasuk bahan peledak yang dimilikinya kepada
polisi.

Ia mengatakan hal tersebut menegaskan komitmen para mantan anggota JI
untuk kembali ke pangkuan NKRI. Selain itu, kata dia, barang-barang
tersebut juga diserahkan para mantan anggota JI karena dikhawatirkan
“gatal” atau memiliki hasrat untuk menggunakan senjata atau bahan
peledak yang mereka miliki.

Hal tersebut, kata dia, mengingat sebagian dari mantan anggota JI
memiliki keahlian untuk menggunakannya. Ia mencontohkan para mantan
anggota JI yang saat ini masih berada di Suriah juga memiliki
kemampuan lain, di antaranya pilot drone dan juga penembak jitu.

“Nah, kalau memang dulu ada niat berontak, ya kita punya senjata.
Tapi, kalau sekarang kita kembali pada manhaj ahlusunnah wal jamaah.
Artinya, tidak akan berontak. Kami pikir kontraproduktif memiliki
senjata. Takutnya gatal,” kata dia.

“Kita ini kan punya skill. JI ini seperti tadi diceritakan ada alumni
Afghanistan, ada alumni Moro, sekarang ditambah alumni Suriah,”
tegasnya.

Selain itu, mantan pendiri JI Abu Rusydan, mengatakan telah melaporkan
daftar anggota JI yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO)
kepolisian kelada Densus 88. Bahkan, kata dia, ada juga DPO yang ikut
sosialisasi pembubaran JI dan kembali ke pangkuan NKRI. “Kita sudah
laporkan daftar DPO. Bahkan DPO-nya ikut sosialisasi pembubaran JI dan
kembali ke pangkuan NKRI selama 30 sekian kali sosialisasi. Dan kita
serahkan alat, barang, dan senjata,” kata Abu Rusydan.

Ia juga mengatakan telah melaporkan nama-nama mantan anggota JI yang
saat ini masih berada di luar Suriah dan Filipina.

Abu Rusydan mengatakan bahkam Densus 88 telah menjalin komunikasi
dengan mereka. “Ini kita sudah laporkan ke Densus tentang nama-nama
(anggota) kita yang ada di Syiria siapa saja, yang ada di Filipina
siapa saja, kemudian rincian mereka, dan Densus 88 sudah berkomunikasi
dengan mereka,” kata dia.

“Ada yang sudah menikah dengan Suriah, menikah dengan wanita Filipina,
punya anak beranak. Ada yang masih di dalam penjara. Tapi mereka sudah
tidak punya dokumen resmi Indonesia. Itu persoalannya, sebagian paling
tidak,” sambung dia.

Ia menegaskan hal tersebut adalah bagian dari komitmen para mantan
anggota JI untuk membubarkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI.
Sehingga, kata dia, tidak ada alasan untuk meragukan kesungguhan
mereka untuk kembali ke NKRI. “Tidak ada alasan bagi siapapun baik
eksternal maupun internal untuk bersikap skeptis meragukan kesungguhan
kita,” kata dia.