Jakarta – Kaum perempuan diingatkan untuk tidak mudah terjebak dalam
bujuk rayu kelompok dan paham radikalisme, terutama yang
mengatasnamakan agama. Sebab, perempuan, beserta anak dan remaja,
merupakan salah satu kelompok paling rentan terpapar propaganda
teroris.
Hal itu dikatakan mantan narapidana terorisme dan TKW, Listyowati.
yang pernah menjadi korban propaganda teroris mengaku pernah terlibat
dalam pendanaan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Menurutnya,
perempuan sering kali menjadi target karena kerentanannya terhadap
bujuk rayu yang menjanjikan, terutama mereka yang belum memiliki
pasangan atau berasal dari latar belakang keluarga yang tidak
mendukung.
Listyowati mengungkapkan, banyak perempuan yang terjerumus dalam
radikalisme hanya karena terpengaruh janji-janji manis.
“Perempuan itu terlalu sensitif. Jadi dikasih iming-iming sedikit
saja, dia langsung mau,” kata Listyowati, Minggu (8/9/2024).
Listyowati yang kini telah kembali ke pangkuan NKRI memaparkan,
perempuan yang tidak memiliki pasangan lebih rentan terjerembab.
Selain itu, sosok perempuan lainnya yang dianggap rentan yakni, mereka
yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, seperti yang menimpa
Listyowati.
“Kalau keluarganya bagus, dia udah diarahkan orang tuanya. Yang
single, belum punya pasangan, atau pisah, atau dari keluarga yang
biasa, itu gampang banget. Kecuali dari keluarga atau pasangannya
memang sudah benar,” ujar dia.
Ia menambahkan, anak-anak juga sangat rentan terpapar ideologi radikal
karena ketidaktahuan mereka terhadap situasi yang kompleks.
“Kasihan anak-anak yang tidak tahu apa-apa kalau sampai ikut aksi
terorisme,” tambahnya.
Ia mengingatkan, itu tak boleh diabaikan. Ia mengaku, ditangkap pada
2020 saat hendak berangkat ke Yaman dan terlibat dalam pendanaan
kelompok radikal saat menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong
Kong.
Listyowanti pertama kali terpikat pada narasi ideologi kekerasan
radikalisme melalui saluran media sosial, dari YouTube, Facebook,
Telegram, hingga WhatsApp. Di grup WhatsApp dan Telegram tersebut, dia
dicekoki berbagai materi propaganda, termasuk dengan mengeksploitasi
dalil-dalil keagamaan untuk melegitimasi aksi kekerasan.
Listyowati pun menyatakan dukungannya terhadap program BNPT dalam
melindungi perempuan, anak, dan remaja dari pengaruh radikal.
Menurutnya, edukasi terhadap bahaya radikalisme harus lebih
disebarluaskan agar mereka yang tidak memiliki tujuan hidup jelas
tidak mudah terjebak.
Ia menekankan, program sosialisasi BNPT yang mengedukasi masyarakat
tentang bahaya radikalisme dianggapnya sangat penting untuk
menghindari perempuan dan anak dari jeratan ideologi radikal. Dengan
peningkatan kesadaran, diharapkan tidak ada lagi perempuan yang
menjadi korban bujuk rayu teroris dan anak-anak dapat tumbuh dengan
aman dan bebas dari pengaruh buruk.
“Kalau kalian menemukan hal-hal berbau radikalisme, lebih baik tanya
dulu dengan keluarga atau ustaz, jangan langsung ikut,” pungkasnya.