Semarang – Ruang Teater FISIP Undip pagi ini dipenuhi oleh ratusan
peserta yang bersemangat mengikuti seminar bertajuk antiradikalisme
dan kampanye spirit moderasi, Senin (26/8/2024). Acara ini menjadi
magnet bagi berbagai kalangan, mulai dari kiai, bu nyai, akademisi,
pengusaha, pejabat, hingga tokoh masyarakat dari seluruh Jawa Tengah.
Seminar ini merupakan bedah dua buku terbaru karya Dr. Kiai Muhammad
Adnan, MA, ilmuwan politik dari Departemen Politik dan Pemerintahan
FISIP Undip dan Ketua PW NU Periode 1999-2013, yang dikenal luas
sebagai tokoh moderasi nasional.
Buku-buku yang dibedah adalah “Radikalisme dan Terorisme: Sketsa
Kelompok-Kelompok Garis Keras di Dunia” (2023) dan “Kekerasan Berbasis
Agama: Peta Konflik Agama di Indonesia” (2024).
Dalam acara ini, setiap tamu undangan mendapatkan kedua buku tersebut
secara gratis. Kiai Adnan memulai pemaparannya dengan pernyataan yang
memotivasi. Ia mengajak seluruh pihak untuk memahami persoalan
radikalisme dan terorisme.
“Agar kita tidak sering sakit kepala, maka kita harus kenal
penyebab-penyebab sakit kepala. Inilah makna buku ini, kita perlu
memahami persoalan radikalisme dan terorisme, supaya kita bisa arif
menyikapinya, syukur-syukur ikut mencegahnya,” ujarnya.
Kiai Adnan menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap radikalisme dan
terorisme, meskipun saat ini masalah tersebut tampak sepi dari
perhatian publik.
Dua narasumber utama, Prof. Dr. Muhadjirin Tohir, MA, Guru Besar
Fakultas Ilmu Budaya Undip, dan KH As’ad Said Ali, mantan Wakil Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2000-2011, memberikan ulasan
mendalam.
Prof. Muhadjirin menekankan pentingnya netralitas dalam karya ilmiah,
dan meskipun ia mengapresiasi banyak substansi penting dalam buku
tersebut, ia berharap buku ini dapat lebih objektif dalam memandang
radikalisme.
Sementara itu, KH As’ad Said Ali membawa pengalaman langsungnya dalam
diskusi, mengungkapkan cerita menarik dari pertemuannya dengan Osama
bin Laden dan interaksinya dengan tokoh-tokoh Taliban di Afganistan.
Kiai As’ad juga menyoroti radikalisme dapat muncul di perguruan
tinggi, mengungkapkan data BIN tentang upaya Jamaah Islamiyah (JI)
dalam menciptakan sel-sel kelompok di kalangan kampus.
Sesi tanya jawab berlangsung antusias, dengan peserta yang terdiri
dari mahasiswa, tokoh agama, dan mantan narapidana terorisme (napiter)
saling berdiskusi. Panitia juga memberikan kejutan berupa kupon
doorprize yang memungkinkan peserta membawa pulang lebih dari 40 buku
gratis.