Jakarta – Semua pihak diminta tidak lengah terkait radikalisasi di
media sosial (medsos). Faktanya, tiga tersangka teroris ISIS yang
teradikalisasi medsos berhasil ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes
Polri, sebelum mereka melakukan aksi terorismenya.
“Ini pengalaman berharga kita. Ini sebagai bukti bahwa kita tidak bisa
menganggap remeh, kita tidak bisa lengah, menganggap enteng terhadap
radikalisasi yang dilakukan menggunakan media online dengan berbagai
platform media sosial,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Prof. Dr. Mohameed Rycko Amelza Dahniel,
MSi,saat penganuegerahan RAN PE Awards 2924 di Hotel Westin Hotel,
Jakarta Selatan, Senin (19/8/2024).
Rycko mengapresiasi Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang
telah melakukan berbagai tindakan penegakan hukum. Khususnya,
menangkap tiga tersangka teroris. Pemanglau itu disebut dalam rangka
pencegahan atau preemptive strike.
“Ini tentunya akan semakin memberikan kontribusi besar dalam memutus
mata rantai sel-sel teror yang akan muncul di permukaan,” tuturnya.
Selain itu, Rycko menyebut penangkapan ketiga teroris itu juga menjadi
pelajaran bagi semua pihak. Bahwa terbukti radikalisasi melalui media
online itu benar ada, terbukti, dan bukan yang pertama kali.
“Jadi, intinya di sini adalah bahwa ancaman ideologi kekerasan
ideologi intoleran yang merusak kerukunan, merusak toleransi merusak
rasa persatuan dan kesatuan bangsa ini tidak akan hilang. Mereka hanya
tidur sebentar, konsolidasi, dan terus mencari cara dan momentum untuk
melakukan radikalisasi,” ungkap Rycko.
Untuk diketahui, Densus menangkap remaja 19 tahun berinisial HOK atas
kasus tindak pidana terorisme di Batu, Malang, Jawa Timur pada Rabu,
31 Juli 2024. HOK hendak melakukan bom bunuh diri di dua tempat ibadah
di Batu.
HOK terafiliasi dengan ISIS setelah terpapar di sosial media. Dia
masuk ke dalam grup Telegram berbayar yang dikelola dari luar negeri.
Meski tak pernah bertemu langsung dengan anggota grup, dia kerap
mendapatkan materi seputar aksi terorisme. Bahkan, dia belajar merakit
bom dari video tutorial yang dikirimkan lewat Telegram tersebut.
Selang tujuh hari, Densus 88 menangkap dua teroris yang juga pendukung
ISIS di Jakarta Barat pada Selasa, 6 Agustus 2024. Keduanya berinisial
RJ dan AM. Mereka sempat merakit bom sebelum ditangkap. Namun, belum
diketahui pasti apakah untuk aksi sendiri atau mencari pengantin bom
bunuh diri.
RJ dan AM tidak masuk dalam jaringan teror aktif. Melainkan aktif
mengunggah narasi hingga propaganda ISIS di media sosial miliknya.
Di samping itu, meski sama-sama terpapar lewat sosial media, teroris
di Batu dan Jakarta Barat dipastikan tidak berkaitan. Sebab, sosial
media grup dan laman-laman atau website yang diakses terkait terorisme
oleh tersangka di Batu dan Jakbar berbeda.
Namun, fenomena ini menunjukkan bahwa banyak grup-grup yang mencoba
merekrut anggota teroris tanpa ketemu fisik. Melainkan, hanya melalui
grup-grup sosial media atau pun propaganda di internet yang mereka
miliki.