PK2MABA Universitas Brawijaya Berikan Materi Berikan Pencegahan Terorisme pada Mahasiswa Baru

Malang – Proses Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MABA)
Universitas Brawijaya UB tak hanya memberikan materi seputar kampus
dan perkuliahan, namun juga materi pencegahan terorisme. Dalam hal
ini, UB menghadirkan Satgaswil Densus 88 Jatim Dr. Dani Teguh Wibowo
di gedung Samantha Krida UB, Rabu (14/8/2024).

Menurut Dani, lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk melakukan
upaya pencegahan tentang terorisme. Salah satunya dengan sosialisasi
tentang bahaya terorisme di hadapan ribuan mahasiswa baru UB ini.

“Selain penanggulangan terorisme, upaya pencegahan ini penting untuk
memberikan imun agar mahasiswa waspada dengan paparan radikalisme yang
berujung pada niat melakukan aksi terorisme,” kata Dani dikutip dari
laman rri.co.id.

Menurutnya, terorisme tidak hanya bisa dilihat soal dampak bangunan
rusak, berapa jumlah korbannya, namun juga hal yang lebih luas yaitu
potensi perpecahan negara.

“Ke depan para mahasiswa ini adalah calon pemimpin Indonesia. Jangan
hancurkan negara ini dengan adanya konflik. Sebagian orang berpikir
bahwa pelaku teror adalah dari suatu umat tertentu, padahal semua
agama memiliki potensi terpapar terorisme, meski sebenarnya terorisme
tidak terkait dengan agama,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Dani juga menjelaskan tentang definisi terorisme
yaitu perbuatan kekerasan yang menggunakan ancaman kekerasan. Karakter
khusus dalam terorisme ini  adalah motif ideologi, politik atau
gangguan keamanan.

“Motif itu yang menjadikan terorisme berbeda dengan kejahatan lainnya.
Dasar dari terorisme adalah intoleransi, artinya dilakukan pada orang
yang dinilai pelaku punya motif berbeda. Untuk menjadi teroris, pelaku
teror tidak serta merta namun proses. Berawal dari intoleransi,
terpapar pemahaman pada orang yang berbeda ideologi, pendapat atau
agama, lalu meningkat menjadi radikal,” papar Dani.

Untuk mencegah masuknya paham radikalisme dan terorisme di kampus,
Dani mengungkapkan ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama,
menekankan tentang pendidikan dan penerapan nilai-nilai Pancasila.
Kedua, menguatkan komunikasi yang baik antara mahasiswa, orang tua
ortu dan universitas.

“Selanjutnya membentuk lingkungan kampus yang mencerminkan sikap
toleran,” kata dia.

Hal yang tak kalah penting adalah bijak menggunakan media sosial dan
waspada terhadap provokasi, hasutan dan berita hoaks.

“Mahasiswa harus terlibat aktif untuk ikut membenahi informasi yang
salah dan menyebabkan informasi yang mencerminkan toleransi dan
kedamaian di media sosial. Hati-hati dalam menyebarkan atau menerima
informasi di media sosial,” tandasnya.