Tarakan – Salah satu upaya efektif dalam menangkal penyebaran virus
radikalisme adalah dengan memperkokoh kearifan lokal atau “local
wisdom”. Kearifan lokal ini harus ditanamkan dan dirawat kepada
generasi muda dan kaum wanita, termasuk di Provinsi Kalimantan Utara
yang memiliki potensi keanekaragaman budaya.
“Upaya menangkal radikalisme di Kaltara dengan memperkokoh kearifan
lokal, jadi para generasi muda harus memahami nilai nilai budaya yang
selama ratusan tahun telah mewarnai lahirnya daerah ini, ” kata Ketua
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara Datuk Iskandar
Zulkarnaen di Tanjung Selor, Rabu (7/8/2024).
Hal itu disampaikan pada pembukaan acara pelibatan masyarakat dalam
mencegah paham kekerasan itu melalui program “Smart (sehat mental,
keluarga cerdas dan tangguh) Bangsaku, Bersatu Indonesiaku dalam
Pencegahan Radikalisme dan Terorisme”.
Ia memaparkan bahwa sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, di
kawasan utara Kalimantan itu berdiri Kesultanan Bulungan yang sejak
ratusan tahun silam sudah memiliki kearifan lokal dalam menjaga
keutuhan dan keamanan daerahnya meskipun terdapat berbagai suku dan
agama di sana.
“Misalnya warna kebesaran Kesultanan Bulungan, yakni kuning, biru dan
hitam yang sering jadi dasar warna umbul-umbul atau ornamen daerah di
gedung, termasuk siring Sungai Kayan itu sarat dengan filosofi
Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Warna kuning itu melambangkan keberadaan Kesultanan Bulungan atau suku
asli Bulungan, hijau melambangkan para pendatang dan hitam
melambangkan warga pedalaman.
Tiga kelompok ini adalah bentuk keanekaragaman budaya dan sosial namun
bersatu padu dalam membangun wilayah Kesultanan Bulungan atau kini
dikenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
“Jika generasi muda memahami itu, maka tentunya bisa menangkal virus
radikalisme dan terorisme yang biasanya berawal dari intoleransi, “
katanya di depan sekitar 100 peserta terdiri dari pelajar dan
organisasi wanita.
Ia menyebutkan bahwa penyebaran virus paham radikal terorisme saat ini
kian marak bagi generasi muda dan wanita, salah satu penyebabnya
terkait dengan berkembangnya teknologi informasi dengan memanfaatkan
kemajuan dunia maya.
Berdasarkan penelitian BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)
pada 2023, indeks potensi radikalisme menunjukkan peningkatan 1,7
ketimbang 2022. Indeks ini lebih tinggi pada perempuan, generasi Z,
dan masyarakat yang aktif di internet.
Oleh sebab itu, katanya, program prioritas BNPT menekankan pentingnya
pencegahan radikalisme pada perempuan, anak, dan remaja.
Penelitian menunjukkan perempuan terlibat dalam aksi terorisme, baik
sebagai pelaku utama maupun bagian dari jaringan keluarga atau
sosialnya. Fakta ini menggarisbawahi peran penting perempuan dalam
mencegah radikalisme melalui keluarga.
Hasil penelitian BNPT lainnya menunjukkan generasi Z juga rentan
terhadap radikalisme, dengan potensi mencapai 12,3 persen yang lebih
tinggi dari generasi milenial dan generasi X.
“Kalimantan utara, sebagai salah satu provins termuda atau i ke-34 di
Indonesia, turut menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas sosial
dan keamanan,” katanya.
Selain wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia juga terdapat
beragam suku, budaya dan agama sehingga memiliki potensi kerawanan
terhadap penyebaran paham radikal jika kearifan lokal menjaga nilai
keberagaman itu tidak dipelihara.