Batu – Para wali narapidana terorisme (napiter) harus terus
meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri dalam agar dapat berperan
efektif dalam membantu proses deradikalisasi dan rehabilitasi para
napiter. Pasalnya wali napiter (waliter) adalah garda terdepan dan
paling dekat dengan para napiter di dalam Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas).
Hal tersebut dikatakan mantan napiter, Sofyan Tsauri saat menjadi
narasumber dalam acara Rapar Koordinasi Program Deradikalisasi Dalam
Lembaga Pemasyarakatan di Batu, Jawa Timur, Rabu pekan lalu.
Rakor digelar oleh Sub Direktorat Deradikalisasi Dalam Lembaga
Pemasyarakatan BNPT terhadap para wali napiter Lapas yang bertugas di
Lapas terdapat napiter.
“Kepercayaan diri wali napter punya peran penting untuk meningkatkan
kualitas interaksi antara wali napiter dan narapidana teroris, yang
pada akhirnya dapat memengaruhi efektivitas dari program
deradikalisasi yang dilaksanakan di dalam lembaga pemasyarakatan,”
ujarnya.
Bagi Sofyan Tsauri, pentingnya waliter memiliki ilmu komunikasi yang
baik. Hal ini dianggap krusial dalam upaya mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dari narapidana tindak pidana terorisme, sehingga tujuan
deradikalisasi dan pencegahan penyebaran paham radikal terorisme dapat
tercapai secara efektif.
“Kalau para waliter punya komunikasi yang baik, itu menjadi kunci
utama untuk memahami napiter dan bisa membangun hubungan kepercayaan
antar waliter dan napiter sehingga pesan-pesan penting dalam proses
deradikalisasi tersampaikan,” lanjutnya.
Lebih lanjut mantan anggota Polres Depok ini mengungkapkan pendekatan
humanis dianggap sebagai strategi yang efektif dalam mendekati para
teroris. Hal ini ditekankan sebagai cara terbaik untuk membangun
hubungan yang lebih baik dengan narapidana tindak pidana terorisme.
“Dengan menggunakan pendekatan yang humanis, para petugas
pemasyarakatan bisa dapat kepercayaan dari napiter. Mereka bisa
memasuki dunianya dan juga memahami latar belakang serta motivasi di
balik tindakan terorisme yang pernah dilakukan,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut Sofyan juga menungkapkan bahwa merangkul
napiter bisa dilakukan dengan pendekatan in group, di mana pendekatan
ini dilakukan dengan cara melibatkan seseorang yang pernah memiliki
kesamaan menjadi teroris.
“Di lapas Nusa Kambangan ada program safari dakwah, yang memberi
dakwah harus orang spesialis atau orang yang punya kesamaan dengan
napiter, contohnya mantan napiter yang sudah kembali mengakui NKRI,”
jelasnya.
Menurutnya orang-orang yang memiliki kesamaan dan berpengalaman lah
yang tau cara menaklukan pemikiran temannya yang masih radikal.
“Hal seperti ini efektif, nanti kalau sudah masuk penguatan atau
statusnya sudah hijau baru bisa panggil para ulama dari organisasi
keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah,” tutupnya.