Kepala Desa se-Kabupaten Gresik Diberikan Sosialasi Pencegahan
Radikalisme dan Terorisme

Gresik – Para Kepala Desa (Kades) dan guru se-Kabupaten Gresik, Jawa
Timur, diberikan sosialisasi pencegahan radikalisme dan terorisme oleh
Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Kegiatan ini sangat penting dalam
mendukung langkah-langkah deteksi dini radikalisme dan terorisme di
tengah masyarakat dan lingkungan pendidikan.

Kasubdit Kontra Narasi Direktorat Pencegahan Densus 88 Anti Teror AKBP
Moh. Dofir menuturkan, tujuan sosialiasi ini untuk memberikan edukasi
bahwa sekolah merupakan salah satu tempat radikalisme.

“Ini juga menunjukkan tim kami selain militan memiliki sisi humanis
dalam penanganan aksi teror,” tuturnya di sela-sela sosialiasi di Aula
Ainul Yakin Dinas Pendidikan (Dispendik) Gresik, Kamis (20/6/2024).

Lebih lanjut Dofir mengatakan, melalui definisi tentang paham IRET,
kepala sekolah atau guru secara detail diberi edukasi soal intoleransi
dan terorisme maupun radikalisme serta extremisme.

“Kami berharap melalui sosialisasi ini kepala sekolah dan guru
teredukasi sehingga bisa melakukan deteksi dini di lingkungan
sekolah,” katanya.

Moh. Dofir menambahkan, dengan terus melakukan sosialisasi serta
edukasi di lingkup pendidikan, potensi radikalisme di tengah
masyarakat Indonesia ‘zero attack’ di tahun 2023. “Tahun lalu
Direktorat Pencegahan Densus 88 Anti Teror Mabes Polri telah melakukan
16.500 pencegahan untuk menekan penyebaran paham-paham tersebut,”
imbuhnya.

Menurut Moh.Dofir, ideologi yang menyimpang merupakan salah satu
penyebab terbesar munculnya paham IRET. Pasalnya, jika sudah tersusupi
malah rela untuk membunuh sesama muslim hanya karena alasan ingin
mendirikan khilafah di Indonesia.

“Saat ini medsos menjadi salah satu sarana penyebaran paham
radikalisme tertinggi karena bisa diakses oleh siapapun, dan
kapanpun,” ungkapnya.

Sementara Kadis Dispendik S.Haryanto menyatakan melalui kegiatan ini
dirinya mengajak kepala sekolah dan guru untuk menjadi agen pencegahan
paham IRET di lingkungan sekolah, agar para siswa bisa terbentengi
dari paham radikalisme. “Ini kegiatan yang positif bagi kepala sekolah
serta guru untuk merawat keragaman di lingkup sekolah,” pungkasnya.