ISIS disebut-sebut mentargetkan serangan terhadao utusan diplomatik Tokyo di Bosnia, Malaysia dan Indonesia. Ancaman tersebut disampaikan melalui edisi terbaru dari Dabiq — majalah propaganda online bahasa Inggris.
Dalam majalah tersebut, kelompok militan itu mengeluarkan ancaman terhadap 70 negara.
“What, for example, prevents (a jihadi) from targeting… communities in Dearborn, Michigan, Los Angeles, and New York City? Or targeting Panamanian diplomatic missions in Jakarta, Doha, and Dubai? Or targeting Japanese diplomatic missions in Bosnia, Malaysia, and Indonesia? Or targeting Saudi diplomats in Tirana, Albania, Sarajevo, Bosnia, and Pristina, Kosovo?” demikian bunyi pesan ancaman ISIS yang beredar.
Tak hanya menyebut akan menargetkan anggota diplomatik Jepang di Indonesia, tapi juga perwakilan Panama di Tanah Air, Doha dan Dubai. Jepang pun segera merespons pemberitaan tersebut. Pihak Negeri Sakura telah menginstruksikan para diplomat yang menjalankan misi luar negeri untuk memperkuat keamanan, dan waspada terhadap kegiatan mencurigakan setelah ada ancaman dariISIS yang menargetkan utusan diplomatik Tokyo di Bosnia, Malaysia dan Indonesia.
Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida pun mengimbau agar warganya di mana pun berada untuk selalu waspada .
“Saya telah mengingatkan dan menginstruksikan semua misi diplomatik, tidak hanya yang berada di 3 negara yang dikutip ISIS untuk memperketat keamanan,” kata Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida seperti dikutip dari CNN, Jumat (11/9/2015).
“Jepang akan mengambil melakukan segala upaya untuk memastikan keamanan,” tambah Kishida.
Jepang pun memerintahkan keamanan ditingkatka di kedutaan di seluruh dunia, setelah ISIS menyoroti misi diplomatik di Indonesia, Malaysia dan Bosnia-Herzegovina. Langkah itu diambil sekitar 8 bulan setelah ISIS mengklaim telah memenggal 2 sandera Jepang di Suriah. Kenji Goto dan Haruna Yukawa.
Pembunuhan mereka dilakukan setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjanji akan menggelontorkan dana US $200 juta untuk pengungsi yang melarikan diri daerah militan di Suriah dan Irak. (Baca: 2 Warga Jepang Diancam Dieksekusi ISIS, PM Shinzo Abe Geram)
ISIS pun kemudian menuntut jumlah yang sama dalam pertukaran untuk membebaskan kedua sandera. Namun PM Abe tak memberikannya. (Baca: Jepang Berpacu dengan Waktu Bebaskan 2 Sandera ISIS)
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga keamanan menyatakan akan memperketat keamanan untuk sekitar 200 misi diplomatik Jepang di seluruh dunia.
“Kami menyadari (ancaman) dan bekerjasama dengan negara-negara tuan rumah untuk pengetatan keamanan,” ucap Suga yang tak merinci lebih lanjut seperti dikutip dari Straits Times.
Sementara itu, juru bicara Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Erika Nakano mengatakan saat ini gedung di Tanah Air sudah dijaga ketat dan kegiatan bisnis berjalan seperti biasa.
“Kami baik-baik saja dan memiliki hubungan yang baik dengan polisi Jakarta — hanya itu yang dapat saya sampaikan,” tutur Erika.
Parlemen Jepang diperkirakan akan meloloskan undang-undang untuk memperluas peran militer, dan mungkin menempatkan pasukan dalam pertempuran untuk pertama kalinya sejak akhir Perang Dunia II. Rencananya pekan depan.
Namun tidak ada saran bahwa Jepang memiliki rencana segera untuk terlibat dalam kampanye militer terhadap ISIS.
Perubahan itu memicu protes di kalangan masyarakat umum, para kritikus pun memperingatkan bahwa hal itu bisa dorong Jepang terlibat perang dengan asing.
Jepang telah lama dihindari keterlibatan dalam konflik Timur Tengah dan jarang menjadi sasaran kaum ekstrimis.
Sumber : Liputan6