Makassar – Sebanyak 100 mahasiswa di Kota Makassar mengikuti Sekolah
Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia melalui Program Tular Nalar yang
didedikasikan untuk memajukan literasi digital dan critical thinking
atau berpikir kritis.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia
(Mafindo) di Makassar tersebut, melibatkan 10 orang fasilitator dan
100 mahasiswa yang masih berstatus sebagai pemilih pemula, ada pula
pelajar.
Fiky Herdiansyah, School-based, Community & Publication Project Lead
Ruangguru melalui keterangannya di Makassar, Kamis menyebut bahwa
Program Tular Nalar memiliki potensi untuk meningkatkan literasi
digital generasi muda, memberikan mereka alat yang dibutuhkan untuk
memerangi ancaman misinformasi yang terus meningkat.
“Tujuan kami bukan hanya untuk membantu para siswa memahami dan
mengatasi misinformasi, tetapi juga memberdayakan mereka untuk berbagi
pengetahuan dan keterampilan dengan orang lain,” ujar dia.
Sekolah Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia secara bersamaan digelar
di 16 wilayah, antara lain Aceh, Medan, Bengkulu, Bandung, Purworejo,
Magelang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Kalimantan Utara,
Banjarmasin, Makassar, Manado, Lombok Utara, Maluku dan Jayapura.
Program Mafindo ini didukung oleh Google.org dan Love Frankie sebagai
mitra pelaksana yang bertujuan untuk memberdayakan pemilih pertama,
pre-lansia, dan lansia di seluruh Indonesia.
Sistem pendidikan konvensional dinilai kurang menyediakan pembekalan
yang cukup bagi pelajar, utamanya sebagai pemilih pertama dengan skill
yang diperlukan untuk mengarungi dunia digital secara efektif, apalagi
menjelang tahun politik 2024.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho menyebut Tular Nalar
sebagai program yang berakar kuat pada prinsip-prinsip demokrasi, maju
memberikan solusi dan mengisi kekosongan tersebut dengan metode
pendekatan prebunking atau pengideraan, yang secara proaktif
memperlambat berit hoaks.
“Program Tular Nalar menjadi vaksin untuk memperlambat penyebaran
konten dan berita hoaks pra-pemilu, ujaran kebencian, dan misinformasi
yang bermuatan kacau isi, kacau emosi, dan kacau diri,” urainya.