Jakarta – Pemilih milenial dan Gen Z merupakan dua kelompok pemilih
yang mendominasi Pemilu 2024. Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU)
kedua kelompok ini menyumbangkan 56,45 persen.
Atas dasar presentase tersebut Banteng Muda Indonesia (BMI) yang
merupakan sayap partai PDI Perjuangan berupaya meraih simpati pemuda
Indonesia dengan kuliah Politik Banteng Muda.
Kegiatan ini mengambil tema ‘Kelompok Radikal, Pemilu Milenial, dan
Gen Z: Isu dan Arah Politik 2024′ dalam mengantisipasi kelompok
radikal menjalankan kembali gerakannya dengan menunggangi Pemilu di
2024.
Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP Banteng Muda Indonesia (BMI),
Mixil Mina Munir mengatakan radikalisme di kalangan anak muda
sangatlah besar. Pada Pemilu 2014 dan 2019 lalu, kelompok radikal
selalu menumpang momen pemilu untuk memperjuangan cita-citanya
mengganti Pancasila dengan sistem khilafah.
“Pola yang sering dipakai adalah dengan menggunakan politik identitas,
memproduksi hoaks, menebarkan kebencian hingga politisasi agama. Semua
itu digunakan jadi bahan bakar untuk meraih dukungan elektoral,” kata
Mixil di Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Mixil menjelaskan tahun 2017 dan 2020 Presiden Jokowi membubarkan
kelompok tersebut. Dua kelompok tersebut tidak diam dan masih
menggunakan media sosial untuk propagandanya, juga mempolitisasi
hari-hari besar agama untuk menyerang pemerintah.
“Sel-selnya masih aktif dengan pola gerakan radikal yang tersembunyi
dengan cara mengganti baju organisasinya. Pada Pemilu 2024 ini kita
patut mencurigai langkah tersembunyi mereka. Tentu ini sangat
berbahaya jika mereka berhasil mengambil alih kekuasaan,” ungkap
Mixil.
Melalui kuliah politik ini, BMI ingin mengetahui preferensi pemilih
milenial dan generasi Z, mengajak mereka untuk memilih PDI Perjuangan
dan Ganjar Pranowo. Sekaligus mengetahui pola dan arah, serta
bersama-sama mewaspadai gerakan radikal pada Pemilu 2024.
“Kuliah Politik Banteng Muda ini sengaja kami gelar dengan tujuan
memberikan edukasi kepada milenial, generasi Z, serta para relawan
Ganjar Pranowo agar tidak mudah terprovokasi dengan kampanye hitam
atau hoaks yang kerap kali dimainkan oleh kelompok-kelompok pemecah
belah persatuan melalui media sosial,” jelas Mixil.
Ia mengungkapkan bahwa radikalisme dapat menyebabkan anak muda menjadi
intoleran. Sehingga, BMI menyikapi ketegangan itu dibalutkan politik
secara riang gembira bersama milenial dan generasi Z Indonesia.
Kegiatan ini diikuti ratusan anak-anak muda dari berbagai organisasi
relawan Ganjar Pranowo, serta menghadirkan narasumber peneliti dari
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad dan
Direktur Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi.