Bertemu PM Malaysia, Gubernur Khofifah Sampaikan Pentingnya Islam Washatiyah untuk Ciptakan Keberagaman

Jakarta – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara khusus memenuhi undangan pertemuan silaturahmi antara tokoh perwakilan sebelas tokoh Islam dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia YAB. Dato’ Seri Anwar Ibrahim di Hotel Four Season Jakarta, Selasa (5/9).

Di sela agenda PM Malaysia Anwar Ibrahim jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, pihaknya menyempatkan diri untuk mengundang sejumlah tokoh Islam di Indonesia. Salah satu undangan tersebut termasuk Gubernur Khofifah yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU.

Dalam pertemuan yang juga dihadiri mantan Ketum PP Muhammadiyah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin tersebut, mereka banyak berdiskusi tentang perkembangan Islam di dunia global.

Mengawali pengantar silaturrahim PM Anwar Ibrahim menyampaikan bahwa beliau berupaya memaksimalkan implementasi ajaran Ahlussunnah wal jama’ah dengan Madzhab Syafi’i di Malaysia.

Beliau memaksimalkan proses tersebut dengan menambahkan pembelajaran Kitab Arbain nawawy di dalam kurikulum Sekolah agar ajaran-ajaran Islam yang Rahmatan lil Alamin dapat tersampaikan dengan benar sejak dini.

“Jadi ada hal-hal yang menurut saya sangat berseiring dengan apa yang menjadi prinsip dasar metodologi pemahaman keagamaan yang diajarkan NU dan tentu Muslimat NU serta kaum sunni di dunia . Dan itulah yang beliau lakukan saat ini,” ujar Khofifah dalam keterangannya, Selasa (5/9).

Ditambahkan, salah satu yang juga menjadi diskusi adalah tentang konsep Madani yang aktif diterapkan oleh PM Malaysia Anwar Ibrahim.

Untuk itu, secara khusus Khofifah mengapresiasi penerapan konsep Madani tersebut.

Menurutnya, konsep madani merupakan wujud implementasi penerapan perspektif Islam wasthatiyah yang merupakan basis utama dari implementasi ahlussunnah wal jamaah.

“Konsep madani yang beliau kembangkan di Malaysia adalah bentuk penerapan perspektif washatiyah. Islam wasthatiyah bersikap adil dan tidak memihak. Islam Wasthatiyah bersikap terbuka bijak kepada sesama,” ungkapnya.

Cara pandang tersebut, kata Khofifah, mengandung nilai-nilai yang adil, hidup harmoni di tengah masyarakat yang beragam serta dinamis.

Sehingga, akan terbangun lebih dekat dan lebih luas baik melalui privat to privat (p to p) maupun government to government (g to g).

Lebih lanjut, alasan Khofifah menyambut baik konsep madani juga selaras dengan empat pilar ahlussunah wal jamaah yang menjadi pedoman dasar jam’iyah Nahdlatul Ulama yang dikenal mabadi khoiro ummah yaitu tawasuth (moderasi), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan al i’tidal (adil).