Kelompok militan Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS) baru-baru ini menawarkan dua sandera asal Norwegia dan Tiongkok. Mereka menyatakan bersedia membebaskan kedua sandera, asal pemerintah negara asal mau memberikan uang tebusan. Tetapi, tidak disebut berapa uang tebusan yang mereka minta.
Dikutip dari harian Express, Kamis 10 September 2015, kedua sandera diketahui bernama Ole Johan Grimsgaard-Ofsad dari Oslo dan Fan Jinghui. Ofsad diketahui merupakan mahasiswa program S2, sedangkan Fan adalah konsultan lepas yang tinggal di Beijing.
Pengumuman itu disampaikan melalui majalah propaganda ISIS, Dabiq. Di dalam majalah itu terdapat foto keduanya yang mengenakan jumpsuit berwarna orange dan terdapat tulisan: “Siapa pun yang ingin membayar uang tebusan untuk pembebasan mereka dan mengirimkannya”.
Di bawah foto juga terdapat informasi detail lain berupa alamat rumah, tempat, dan tanggal lahir dan pendidikan akhir. ISIS menyebut pemerintah kedua sandera sengaja meninggalkan mereka. Kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu turut menyebut penawaran itu ada batas waktunya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari akun Facebook Ofsad, dia mengunggah dua foto perbatasan Turki dan Suriah pada 18 Januari lalu. Enam hari kemudian, yakni tanggal 24 Januari, dia menulis kembali di Facebook telah tiba di kota Idlib, dan berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Hama. Tulisan itu diunggah ke Facebook beberapa hari sebelum diculik.
Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg, dalam sebuah jumpa pers mengakui salah satu warganya telah diculik ISIS pada akhir Januari lalu di Suriah. Tetapi, dia menolak mengonfirmasi identitas sandera. Solberg juga menolak akan membayarkan uang tebusan , agar bisa membebaskan warganya.
“Kami mengetahui mengenai potensi adanya pria Norwegia yang diculik pada Januari lalu. Saya dapat memastikan informasi tersebut tepat. Seorang pria Norwegia berusia 40 tahunan telah diculik di Suriah pada akhir Januari,” ujar Solberg. Dia menjelaskan, pria tersebut diculik oleh beberapa kelompok. (asp)
“Dari informasi yang kami ketahui, kemungkinan saat ini dia disandera oleh ISIS dan telah beberapa kali membuat tuntutan uang tebusan,” kata dia. Untuk membebaskan warganya, Solberg melanjutkan, dia telah membentuk sebuah tim respons darurat. Pemerintah juga telah mengabarkan mengenai insiden itu ke keluarga sandera.
“Sangat sulit dibayangkan apa yang kini tengah mereka alami. Kami tidak bisa dan tidak akan tertekan untuk membayar uang tebusan,” tegas Solberg.
Sebab, Solberg menjelaskan, ISIS merupakan kelompok brutal yang tidak mengenal batas dan telah menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
“ISIS harus dihentikan dan Norwegia akan terus melanjutkan upaya perlawanan terhadap organisasi itu. Saat ini, kita harus bersatu dan meyakini prinsip,” kata dia. Sementara, pejabat berwenang Tiongkok masih belum bisa dimintai komentarnya.
Sumber : viva