Jakarta – Kabar tewasnya seorang pemimpin senior ISIS di Suriah oleh serangan pasukan Amerika Serikat (AS) akhirnya terkonfirmasi. Sebelumnya, militer AS mengklaim menewaskan Khalid ‘Aydd Ahmad al-Jabouri, dalam sebuah serangan, Senin (3/4/2023).
Komando Pusat Amerika Serikat atau CENTCOM menyatakan, al-Jabouri bertanggung jawab atas perencanaan serangan ISIS di Eropa dan Turki dan mengembangkan struktur kepemimpinan kelompok itu di Turki.
Sumber-sumber di Suriah mengatakan, dia tewas dalam serangan pesawat tak berawak di barat laut yang dikuasai pemberontak, wilayah tempat para pemimpin ISIS lainnya bersembunyi, termasuk mantan pemimpin Abu Bakr al-Baghdadi, yang tewas dalam serangan AS pada 2019.
Tidak ada warga sipil yang tewas atau terluka dalam serangan itu, kata CENTCOM, dan menambahkan bahwa ISIS “terus menjadi ancaman bagi wilayah tersebut dan sekitarnya”.
“Meski terdegradasi, kelompok itu tetap mampu melakukan operasi di kawasan dengan keinginan untuk menyerang di luar Timur Tengah,” katanya. Kematian Jabouri akan “untuk sementara mengganggu kemampuan grup merencanakan serangan eksternal”.
ISIS menguasai sepertiga Irak dan Suriah pada puncaknya pada tahun 2014. Meskipun dipukul mundur di kedua negara, militan Negara Islam terus melancarkan serangan.
Sebuah sumber intelijen regional mengatakan Jabouri telah dipantau selama beberapa bulan terakhir saat dia berpindah antara kota-kota Suriah di Hasaka, Raqqa, Jarablus dan al-Bab, dan berada di provinsi Idlib ketika dia terbunuh.
“Mereka mendapat petunjuk informan bahwa dia ada di Idlib sehingga mereka mengawasinya untuk sementara waktu dan kemudian melakukan penyerangan,” kata sumber itu. Dia terbunuh saat melakukan panggilan telepon, tambah sumber itu.
Dua sumber lokal mengatakan dia diserang di dekat rumahnya di pinggiran desa Kaftin, beberapa kilometer dari tempat Baghdadi terbunuh pada 2019. Dia tinggal bersama istri dan putranya yang berusia 12 tahun.
Sebuah laporan PBB yang diterbitkan pada bulan Februari mengatakan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS dan afiliasinya terhadap perdamaian dan keamanan internasional tinggi pada paruh kedua tahun 2022 dan telah meningkat di dalam dan sekitar zona konflik di mana ia hadir.
ISIS diperkirakan memiliki 5.000 hingga 7.000 anggota dan pendukung tersebar antara Suriah dan Irak, kira-kira setengah dari mereka adalah anggota pasukan bersenjata, kata laporan PBB.
Suriah barat laut dikendalikan oleh kelompok bersenjata lain yang memerangi ISIS sebelumnya dalam perang selama 12 tahun di Suriah.
Akhir tahun lalu, ISIS mengumumkan telah menunjuk sosok yang sebelumnya tidak dikenal – Abu al-Hussein al-Husseini al-Quraishi – sebagai pemimpinnya setelah pemimpin sebelumnya terbunuh.
ISIS pernah menguasai sepertiga wilayah Suriah dan Irak, melakukan kekejaman termasuk pembantaian ribuan Yazidi, dan militan ISIS melakukan berbagai serangan di luar negeri termasuk teror yang menewaskan 130 orang di Paris pada tahun 2015.