Jakarta – Penguatan kerjasama internasional terus dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) dalam rangka melakukan pencegahan terorisme global. Salah satunya dengan membangun platform jejeraing kemitraaan antar praktisi.
Bersama UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime), BNPT RI membangun platform jejaring kemitraan antar praktisi regional Asia Tenggara dalam upaya mencegah ekstremisme kekerasan. Penguatan partisipasi ini juga sejalan dengan Bali Work Plan 2019-2025.
“Kegiatan ini adalah upaya kita membangun jejaring praktisi regional untuk meningkatkan keterlibatan dan kemitraan dalam upaya pencegahan ekstremisme kekerasan. Indonesia dan UNODC memastikan bahwa seluruh praktisi yang hadir dapat berpartisipasi. Kegiatan ini juga sejalan dengan Bali Work Plan 2019-2025,”ujar Deputi Bidang Kerjasama Internasional, Andhika Chrisnayudhanto dalam kegiatan First Meeting of The Advisory Board of The Preparatory Working Group on Developing a Regional Network of PVE Practicioners of South – East Asia yang berlangsung pada 7 & 8 Maret 2023, di Jakarta.
Setiap perwakilan negara berkesempatan menjelaskan update perkembangan pelaksanaan pencegahan ekstremisme kekerasan di negaranya, praktik – praktik baik, peran masing-masing national contact point di tiap negara dalam kerangka Preparatory Working Group (PWG) Praktisi PVE Asia Tenggara (PVE) serta mengidentifikasi kebutuhan di wilayah.
“Saya berharap adanya diskusi yang bermanfaat, masing – masing negara bisa menyampaikan praktik – praktik baik yang sudah dilakukan di negaranya tidak hanya dalam aspek CVE tetapi bisa dalam segala aspek yang mendukung pencegahan ekstremisme di negaranya, seperti pemberdayaan masyarakat. Serta peran masing-masing national contact point di tiap negara dalam kerangka PWG PVE, serta kebutuhan wilayah” ucap Deputy Country Manager and AML CFT Adviser UNODC, Zoelda Anderton.
Sementara itu Atase Polisi Jepang Kombes Polisi Miyagawa Takayuki mengakui dibutuhkannya sinergi global untuk mereduksi ancaman ekstremisme kekerasan. Inilah alasan yang mendasari keinginan pemerintah Jepang mendukung terselenggaranya kegiatan ini.
“Jepang sangat fokus dan komitmen dalam mendukung pencegahan ekstremisme kekerasan. Kita percaya kekuatan sinergi global dapat mereduksi ancaman ekstremisme kekerasan. Saya percaya, proyek Asia Tenggara ini akan menjadi contoh bagi seluruh negara. Harapannya, seluruh masyarakat internasional dapat bergerak bersama melawan ekstremisme kekerasan,” jelasnya.
Adapun output yang diharapkan usai terselenggaranya kegiatan ini, diantaranya terbangunnya prosedur operasional, rencana kerja tahunan, hingga mekanisme atau cara keterlibatan praktisi dan organisasi masyarakat sipil dalam mempromosikan pencegahan ekstremisme kekerasan.