Program Workshop Damai Dunia Maya di Medan kedatangan tamu ‘menyeramkan’. Seorang lelaki paruh baya paling fenomenal di wilayah ini naik ke atas podium dan memberikan kesaksian atas perbuatannya di masa lalu. Kini, selepas ‘nyatri’ beberapa tahun dalam dinginnya penjara ia justru mengecam perbuatannya sendiri.
Dia adalah Khairul Ghazali. Pernah dianggap terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga di Kota Medan yang disusul dengan penyerangan terhadap Polsek Hamparan Perak. Dia memang tidak terlibat dalam dua aksi tersebut, tapi dia bertanggung jawab karena dialah sang ideolog yang mendidik para pelaku lapangan untuk melakukan terorisme.
Ustadz Khairul dalam kesempatan tersebut menyadari kekeliruannya di masa lalu dan berharap tidak seorang pun mengikuti jejaknya. Kini dia sadar bahwa apa yang dilakukan di masa lalu (aksi terorisme) adalah perbuatan nista. Disebut nista karena pada praktik terorisme yang ia lakukan saat itu adalah menggunakan pemahaman keagamaan Islam untuk tindakan tak beradab.
Dia mengisahkan di masa aktif sebagai teroris ia menjadikan anak muda (usia belasan dan dua puluhan tahun) sebagai target utama rekrutmen. Dipilihnya anak muda dalam rekrutmen teroris karena mereka adalah generasi yang masih labil namun penuh semangat tinggi. Semangat tinggi itulah modal utama kelompok teror untuk melakukan aksi kekerasannya.
Menurutnya anak muda adalah target paling mudah untuk dilakukan doktrinisasi alias ‘cuci otak’. Mereka mudah diberi janji-janji manis berupa ‘paket masuk surga’ asal mau melakukan terorisme. Mereka mudah diberi janji seperti itu karena pemahaman keagamaan mereka yang miskin.
Bukti bahwa para anak muda pelaku teror tak paham agama ia sampaikan berdasarkan fakta dimana kebanyakan para pelaku teror adalah seorang kriminal. Tidak sedikit orang-orang yang katanya berjihad atas nama agama itu, sebenarnya bukan orang yang taat beragama. Banyak dari mereka yang pemabuk atau penjudi.
Dalam melakukan ‘cuci otak’ tersebut, Khairul Ghazali mengaku menggunakan pendekatan agama. Ia menyelewengkan ayat-ayat suci untuk ia tafsirkan dengan gaya radikal dan aksi teror. Bagi para pelaku kriminal misalnya, ia menawarkan pencucian dosa dan surga asalkan mau bergabung dengan kelompok teroris.
Merayu target dengan sentimen dan isu keagamaan itulah yang paling mujarab dalam merekrut anggota baru selama ia jadi teroris. Ia pun mewanti-wanti agar para hadirin tidak mudah terbujuk tipu daya kelompok ini. Jika mantan teroris saja bisa kembali ke jalan lurus, kenapa kita harus masuk ke jalan teroris. Begitu kira-kira pesan penutup yang ia sampaikan di atas podium.