Jakarta – Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia menerapkan pola pikir yang moderat atau wasathy. Pola pikir seperti itu, kata dia, harus dipakai MUI dalam menjalan tugasnya sebagai lembaga penghubung antara pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu, Maruf menilai MUI harus menerapkan pola pikir wasathy (moderat) dalam menjalankan tugas sehari-hari. Hal ini agar tidak terjadi paham yang berat sebelah dalam melaksanakan tugasnya.
“Intinya pertama tentang cara perpikir MUI ini apa? Kriteria yang kita pakai, kita sudah sepakat menggunakan cara berpikir wasathy. Tidak terlalu lemah, tidak terlalu berlebihan, tapi tengah, wasathy,” kata Maruf Amin dalam Rapat Pimpinan Dewan Pertimbangan MUI di Istana Wapres, Jakarta, seperti dikutip Kompas, Senin (29/3).
Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini mengatakan penerapan pola pikir moderat diharapkan bisa mencegah berkembangnya paham radikalisme. Dengan begitu, MUI dapat membantu pemerintah untuk melindungi negara, agama, dan umat. “Kita kuatkan supaya negara tidak terintervensi. Umat supaya menjadi mandiri. Kemudian juga agama ini supaya menjadi kuat, jangan menjadi lemah,” kata dia.
Sejalan dengan Wapres, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jimly Asshiddiqie meyakini pentingnya penerapan paham wasathy di Indonesia. Ia pun mengusulkan agar dilakukan pembahasan mengenai peran MUI dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama dalam rapat pimpinan ini.
“Tentunya dengan hubungan umat beragama lain. Karena sedang dibutuhkan persepsi umat Islam dengan umat lain. Apalagi baru ada bom ini, bagaimana hubungan dengan umat lain. Ini penting dibicarakan,” kata Jimly Asshiddiqie.