Poso – TNI-Polri menegaskan komitmen mereka untuk memburu dan segera menangkap sisa 11 orang anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Dikutip dari voaindonesia, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan perburuan tersebut dilakukan tidak hanya dengan mengerahkan personel aparat di lapangan, tetapi juga dengan menggunakan teknologi pesawat nirawak (drone) yang mampu mendeteksi suhu tubuh manusia di balik rapatnya vegetasi hutan. Namun, Hadi mengakui penangkapan teroris itu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
“Proses ini memang akan membutuhkan waktu yang lama, tetapi kita profesional karena kita menggunakan hampir tiga lapis, yaitu melaksanakan pesawat surveillance, kita mencari di mana targetnya,” ujar Hadi dalam dialog Lintas Agama dan Lintas Generasi di Tokorondo di Kabupaten Poso, belum lama ini.
Pihak aparat, kata Hadi, sedang memantau titik-titik mencurigakan yang ditengarai terkait dengan keberadaan kelompok teroris tersebut. “Hampir setiap hari kita monitor dan titik-titik (orang -red) itu selalu ditemukan,” tambahnya.
Kelompok teroris MIT melakukan penganiayaan dan membunuh empat orang warga Desa Lembatangoa pada 27 November 2020. Mereka juga membakar enam unit rumah warga. Insiden tersebut mengakibatkan warga mengungsi karena dicekam rasa takut.
Lebih lanjut Hadi mengatakan, meskipun teknologi mampu mendeteksi pancaran suhu tubuh manusia, tetapi aparat tetap membutuhkan informasi tambahan untuk memastikannya target yang sedang diburu tersebut. Informasi itu bisa berasal dari laporan warga ataupun dengan mengirimkan personel ke wilayah terkait.
“Agar kita yakin yang selama ini titik itu kita perhatikan memang benar nyata adanya dan kita bisa amankan mereka supaya tidak mengganggu masyarakat,” tukas Hadi.
Kelompok MIT, kata Panglima TNI, memiliki ketergantungan logistik bahan makanan yang akan selalu mendorong mereka untuk masuk ke wilayah perkampungan. Pasalnya, hutan pegunungan yang menjadi basis persembunyian kelompok itu tidak menyediakan bahan makanan yang memadai. Oleh karena itu, katanya, ia berharap masyarakat yang melihat kehadiran kelompok tersebut agar segera melaporkan kepada aparat.
“Sedikitpun informasi yang ada didapatkan, walaupun mungkin itu dianggap sepele, silakan disampaikan kepada aparat. Karena mencari 11 titik (orang) ini tidak mudah, bisa berubah menjadi seribu wajah, dan ketergantungan mereka adalah logistik,” jelas Hadi Tjahjanto.