Jeddah — Dua orang dilaporkan terluka atas serangan di pemakaman non-Muslim. Acara yang diselenggarakan oleh Konsulat Prancis di Jeddah, Rabu (11/11/2020), tersebut merupakan rangkaian peringatan dari akhir Perang Dunia I.
Nathalie Goulet, seorang senator Prancis dan anggota kelompok parlemen antara Prancis serta negara-negara Teluk, mengatakan, sebuah alat peledak diperkirakan telah dilemparkan ke pemakaman tersebut. Menurut Goulet, dua orang yang terluka dalam ledakan itu mengalami luka ringan.
Lebih lanjut, dalam peringatan 102 tahun gencatan senjata yang mengakhiri Perang Dunia I itu, dilaporkan juga ada beberapa perwakilan dari berbagai negara yang hadir. Khususnya, negara-negara Eropa yang memang kerap memperingatinya setiap tahun. Hingga adanya berita ini, pejabat Saudi belum mengomentari insiden itu.
Dikutip dari the hill via laman republika.co.id, Rabu (11/11/2020), serangan pada Konsulat Prancis itu bukan yang pertama kali terjadi. Pada 29 Oktober lalu, serangan terjadi di Konsulat Prancis di Jeddah. Serangan tersebut diyakini dilakukan oleh seorang pria Saudi, meski tidak ada motif yang jelas dalam penikaman itu.
Berdasarkan keterangan, penikaman itu terjadi pada hari yang sama ketika tiga orang dilaporkan tewas dalam serangan lain di Gereja Notre Dame di Nice, Prancis. Polisi menangkap tersangka penyerang. Pihak berwenang sejak saat itu langsung menahan banyak orang sehubungan dengan serangan Nice.
Identitas tersangka yang dikenal sebagai Issaoui lahir di Tunisia. Dirinya dikabarkan memegang Alquran dan tas dengan dua pisau yang tak terpakai. Tas lain dengan barang-barang miliknya juga memiliki dua pisau.
Aksi itu merupakan reaksi dari seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya untuk pelajaran tentang kebebasan berbicara. Guru bernama Samuel Paty dibunuh seorang pemuda beberapa waktu sebelumnya.