Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq mengatakan untuk menghadapi kelompok radikal seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) diperlukan sinergi antarlembaga, terutama untuk mencegah penyebaran pengaruh ajaran mereka di tengah masyarakat.
“ISIS adalah gerakan teroris, sehingga upaya pencegahannya harus all out melibatkan seluruh pihak terkait,” kata Maman di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dari sisi pemerintah institusi yang harus terlibat di antaranya adalah Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), serta Badan Intelijen Negara (BIN).
Sedangkan dari sisi masyarakat dibutuhkan peran serta organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Saya berharap BNPT dan BIN beserta seluruh stakeholder lainnya bisa mencegah dan tidak membiarkan ISIS masuk ke Indonesia dengan memanfaatkan Islam, pengangguran, mahasiswa, dan juga mantan-mantan aparat yang desertir,” kata dia.
Khusus untuk membentengi mahasiswa dari pengaruh kelompok radikal, Maman berpendapat perlu dilakukan kampanye dan sosialisasi di kampus-kampus.
Politikus PKB ini mengatakan bahwa ada kecenderungan kelompok radikal kini menyasar kalangan mahasiswa sebagai sasaran propaganda, baik secara langsung maupun melalui media dunia maya.
“Kalangan terpelajar atau mahasiswa memang rentan dengan propaganda ISIS, karena mereka aktif menggunakan Internet,” kata dia.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Prof Ahmad Satori Ismail sepakat bahwa perguruan tinggi harus dibentengi dari kemungkinan masuknya pengaruh kelompok radikal.
“Karena lingkungan kampus tempat mencetak para akademisi yang nantinya akan meneruskan cita-cita perjuangan banga Indonesia,” kata dia.
Ia mengajak seluruh civitas akademika untuk melakukan penguatan daya tangkal terhadap propaganda ISIS yang berusaha menggoyang pikiran mahasiswa dengan tujuan mengganti ideologi negara.
Sumber: antaranews.com