Semarang – Dua kali pernah dipenjara terkait kasus terorisme, Sri Pujimulyo Siswanto (47), warga Kota Semarang, Jawa Tengah, berusaha agar bisa kembali diterima di masyarakat. Sebagai mantan napi, ia dibantu ketua RT untuk bermasyarakat hingga membentuk kelompok budi daya lele.
Puji yang ditemui di lokasi budi daya lele di Jalan Sumur Adem IV, Kelurahan Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, menceritakan dirinya yang dua kali menjadi napi terorisme.
“Saya dua kali tersangkut pidana terorisme. Tahun 2005 akhir, kemudian tahun 2010 pertengahan,” kata Puji dikutip dari laman detikcom, Kamis (15/10/2020).
Pada kasus pertama, Puji terlibat terorisme karena menyembunyikan teroris Noordin M Top dan Dr Azahari. Kemudian kasus kedua, dia menyembunyikan Abu Tholut. Puji pernah ditahan di Nusakambangan, Mako Brimob, dan Lapas Kedungpane.
“Saya sebenarnya tinggal di sini sudah sejak 2001. Muncul stigma yang memandang saya sebagai mantan napi teroris walau tidak terang-terangan,” ujar Puji.
“Saat ditahan kasus kedua, ada deradikalisasi dari pemerintah dan BNPT, ada diskusi, dialog dari berbagai kalangan,” sambungnya.
Setelah bebas dari penjara untuk kedua kalinya dan telah mengikuti deradikalisasi, Puji ingin kembali ke masyarakat. Namun ternyata hal itu tidak semudah yang dibayangkan karena rekam jejaknya sebagai napi terorisme.
Ketua RT tempatnya tinggal kemudian memberinya kepercayaan sebagai takmir masjid. Puji berusaha meyakinkan para tetangga kalau dirinya sudah tidak seperti dulu.
“Dengan Pak RT yang punya pola pendekatan merangkul saya, memberi kepercayaan kepada saya. Ini tidak mudah, jadi saya mencoba hal terbaik,” kata Puji.
Menurutnya, saat itu sempat ada pesimistis soal kemajuan kampung karena takmir masjidnya mantan napi terorisme sedangkan ketua RT-nya adalah pemain musik.
Puji mengungkapkan, Ketua RT tempat tinggalnya, Hendi Kartika (55), adalah seorang musisi yang kerap tampil di berbagai acara. Salah satunya sering tampil di Lawang Sewu sebelum masa pandemi virus Corona.
“Pandangan itu membuat kita tercambuk untuk bisa berbuat baik di masyarakat. Saya dan Pak RT dan beberapa orang membuat budi daya lele. Memang belum maksimal dapatkan hasil, tapi dengan kegiatan ini satu harapan ke depan ini bisa kita jadikan pegangan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua RT 03 RW 11 Hendi Kartika mengatakan lahan milik pengembang di depan rumahnya dipinjam untuk mendirikan budi daya ikan dengan Kelompok Pembudi Daya Ikan Karya Anak Negeri sekitar setahun lalu.
“Setahun ini belajar dulu budi daya lele. Sekarang sudah ada kelompok pengolahan dan pemasaran dari ibu-ibunya,” jelas Hendi.
Eks napi kasus terorisme, Sri Pujimulyo Siswanto (47), berusaha agar bisa kembali diterima di masyarakat, Semarang, Kamis (15/10/2020).
Eks napi kasus terorisme, Sri Pujimulyo Siswanto (47), berusaha agar bisa kembali diterima di masyarakat, Semarang, Kamis (15/10/2020). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Gayung bersambut, kelompok itu kini didukung Dinas Perikanan Kota Semarang, Baznas Kota Semarang, dan Kadin Kota Semarang yang akan membantu hingga pemasaran. Hendi menambahkan, bahkan akan ada bantuan untuk pelatihan membuat laundry yang profesional.
“Setahun ini pelatihan dikonsumsi sendiri, sekarang sudah akan dipasarkan, dibantu. Kemudian akan ada kegiatan laundry,” ujar Hendi.
Terkait sosok Puji, Hendi mengakui memang harus nekat untuk memberikan kepercayaan kepada Puji. Dan ternyata mantan napi tersebut bisa menjaga kepercayaan yang diberikan dan bahkan membantu masyarakat sekitar.
“Saya selalu koordinasi dengan Pak Puji setiap malam supaya dia tidak kembali lagi. Prosesnya panjang, dan sekarang sudah seperti ini. Ini membantu sekali apalagi di masa pandemi,” ujar Hendi.