Malang, Kamis (27/8/2015). Dalam sesi dialog dengan narasumber Ali Fauzi Manzi (Mantan Teroris) dan Mokhammad Yahya (Peneliti Islam UIN Malang) terungkap bahwa salah satu penyebab utama terorisme adalah cara berpikir kaku dan anti toleransi. Sikap anti toleransi itu karena mereka meyakini ajaran yang mereka pegang teguh itu adalah agama yang ‘asli’.
Kelompok ISIS dan kelompok teroris lainnya meyakini bahwa gerakan Islam ‘keras’ yang mereka bawa adalah Islam yang ‘asli’ dan bersumber dari generasi nabi. Sehingga mereka meyakini bahwa orang luar di luar kelompok mereka adalah sesat dan menyimpang.
Dalam tahap yang lebih parah, sikap puritan dan kaku dalam beragama ini sampai pada tahap takfiri, atau mengkafirkan orang lain. Tak berhenti pada takfiri, tahap selanjutnya sebagai konsekuensi logis mereka yang tidak sejalan dapat dihukum mati atau boleh dibunuh. Inilah penyebab utama mengapa ISIS tidak pernah risih atau merasa bersalah saat menumpahkan darah sesama muslim.
Padahal menurut para pembicara, klaim ini tidak dapat dibenarkan dan jelas melanggar prinsip-prinsip agama Islam. Islam sejatinya dibangun atas dasar konstruksi sikap toleran dan saling menghargai, baik dengan saudara seagama maupun saudara sebangsa lain agama.
Karena itu para pembicara meminta para generasi muda mau belajar Islam dan mencari guru agama secara benar dan sungguh-sungguh. Islam yang benar adalah cara beragama yang menghargai sesama dan jauh dari sikap merasa benar sendiri. Jangan mudah terkecoh dengan propaganda para teroris yang terus berupaya menjerumuskan umat Islam dalam kubangan fitnah dan kekerasan.