Jakarta – Dua ledakan besar di Kota Beirut, Lebanon disebut berasal dari gudang Amonium Nitrat seberat 2.750 ton. Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta menilai ledakan hebat di Ibu Kota Lebanon, Beirut itu perlu mendapatkan perhatian khusus bagi negara-negara yang menyimpan amonium nitrat.
“Amonium nitrat atau NH4-NO3 adalah senyawa kimia yang kerap digunakan di bidang pertanian (pupuk) dan di bidang pertambangan dan konstruksi (bahan peledak),” kata Stanislaus dalam keterangannya, Rabu (5/8).
Ia memiliki pertanyaan yang besar, apakah peristiwa meledaknya gudang penyimpanan amonium nitrat tersebut murni human error atau karena sabotase pihak-pihak tertentu.
Hal ini lantaran ledakan akibat bahan kimia semacam itu bukan kali ini terjadi. Bahkan berdasarkan catatannya, beberapa kali kasus ledakan dengan bahan serupa juga pernah terjadi di negara lain, bahkan korban meninggal pun tercatat lebih banyak yakni lebih dari 500 orang.
“Berbagai peristiwa kecerobohan yang mengkibatkan meledaknya Amonium Nitrat pernah terjadi seperti di Texas City (16 April 1947). Ledakan pada saat pengangkutan 2.300 ton pupuk tersebut mengakibatkan 581 orang tewas dan 3.500 orang luka-luka,” jelasnya.
Begitu juga di Indonesia. Bahan kimia semacam ini sering digunakan oleh pelaku bom ikan di laut Indonesia. “Bahan ini juga banyak dipakai di Indonesia untuk bom ikan,” terangnya.
Namun tak sedikit juga bahan ini dipakai untuk tindakan terorisme. Salah satunya adalah kasus bom Bali tahun 2002 silam. Di mana Amrozi dan kawan-kawannya meledakkan bom dengan bahan amonium nitrat.
“Di Indonesia pernah terjadi ledakan besar dengan bahan dasar Amonium Nitrat yang dilakukan oleh kelompok teroris. Pada aksi teror Bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang, diketahui bahan yang digunakan adalah Amonium Nitrat,” ucap Stanislaus.
Pada dasarnya, penyimpanan bahan kimia tersebut tidak boleh sembarangan. Memang dalam industri di Indonesia, amonium nitrat sah digunakan untuk kebutuhan industri pertambangan dan konstruksi.
Namun untuk bisa menyimpan bahan tersebut perlu ada standar khusus baik dari sisi tempat maupun tingkat keamanannya. Perusahaan pertambangan yang menggunakan Amonium Nitrat biasanya mempunyai gudang penyimpanan dan diawasi dengan ketat oleh pihak yang berwenang termasuk kepolisian.
“Namun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal diluar prosedur pada gudang tersebut seperti pada tahun 2016 saat salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia kehilangan 183 detonator,” papar Stanislaus.
Ia berharap besar agar kasus meledaknya gudang penyimpanan amonium nitrat menjadi perhatian penting bagi negara-negara yang menyimpan bahan kimia tersebut, termasuk di Indonesia. Tujuannya agar tidak ada penyalahgunaan sehingga bisa membahayakan manusia.
“Pengawasan tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan seperti untuk aksi terorisme dan perusakan lingkungan, dan agar tidak terjadi kecelakanan atau kecerobohan yang bisa berdampak fatal,” tutupnya.