Beirut – Ledakan mahadahsyat yang meluluhlantakkan wilayah pelabuhan kota Beirut, Selasa (4/8/2020), disinyalir sebagai serangan teroris. Berbagai spekulasi pun muncul terkait pelaku serangan tersebut. Israel dan kelompok Hizbullah menjadi dua ‘tertuduh’ pelaku serangan yang menewaskan lebih dari 70 orang dan melukai ribuan lainnya. Namun tuduhan itu dibantah oleh Israel dan Hizbullah
Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah bertanggung jawab atas ledakan di Beirut. Pejabat pemerintah Israel sebelumnya menuduh Hizbullah menggunakan pelabuhan Beirut untuk mengangkut senjata, dan sementara ini tidak ada bukti yang dihasilkan untuk mendukung tuduhan ini.
Direktur Eksekutif Human Rights Watch, Ken Roth, menyalahkan Hizbullah. Namun, dia tidak menunjukkan bukti. “Ledakan ini adalah cara Hizbullah mengatakan jangan main-main dengan kami karena diduga membunuh mantan PM Lebanon Hariri,” tulis Roth di akun Twitter, yang buru-buru dihapus.
Direktur Keamanan Umum Lebanon Mayor Jenderal Abbas Ibrahim mengklaim roket Israel bertanggung jawab atas ledakan besar di Beirut, yang dilaporkan terdengar hingga ke Siprus yang jaraknya lebih dari 150 mil.
Menurutnya, insiden itu terjadi di sebuah depot di pelabuhan tempat bahan peledak telah disimpan. Klaim Ibrahim didukung pernyataan Hizbullah. Mereka menilai tuduhan Israel terhadap Hizbullah sangat tidak benar. Terbukti, klaim Jenderal Ibrahim bahwa Israel yang telah menghantam depot senjata milik kelompoknya.