Washington – Banyak negara di dunia semakin khawatir dengan terjadinya kekerasan yang terkait dengan kelompok-kelompok teror ekstremis sayap kanan. Penelitian baru menunjukkan terjadinya peningkatan 320 persen dalam lima tahun terakhir dalam jumlah serangan seperti itu.
Beberapa serangan mematikan selama setahun terakhir, seperti penembakan di Christchurch, Selandia Baru, dan di El Paso, Texas AS, serta dua serangan di Jerman, telah mendapat perhatian internasional.
Hasil riset itu menggarisbawahi laporan baru dari Direktorat Eksekutif Komite Antiterorisme PBB, yang juga memperingatkan tren itu semakin buruk. Seperti serangan-serangan oleh sejumlah individu terkait dengan kelompok-kelompok ekstremis sayap kanan terus menambah korban yang meninggal, sementara kelompok-kelompok itu sendiri semakin canggih.
“Meskipun terorisme ekstrem sayap kanan bukanlah fenomena baru, terjadi peningkatan dalam frekuensi dan korban kematian baru-baru ini,” kata UN-CTED dalam laporan yang dirilis April 2020.
Dikutip dari VOA, Laporan intelijen dari negara-negara anggota PBB menunjukkan tingkat kekerasan tidak akan berkurang, terutama karena dunia barat, Eropa, Amerika Utara, dan Australasia – terus menunjukkan dampak buruk dari serangan-serangan semacam itu.
Laporan PBB itu mengulangi peringatan Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang memperingatkan ancaman yang berasal dari ekstremisme sayap kanan.