Nairobi – Pemerintah Kenya telah menutup ratusan sekolah di daerah Timur Laut negaranya usai kelompok teroris al-Shabaab menargetkan para guru di kawasan tersebut.
Tak hanya menutup sekolah, pemindahan penduduk pun mulai dilakukan untuk menghindari kelompok milisi.
Ribuan guru telah meninggalkan sekolah mereka dalam dua bulan terakhir setelah beberapa dugaan terdapat serangan dari Al-Shabaab di wilayah tersebut.
Sebagaimana dikutip dari The Guardian, sekolah-sekolah di pedesaan dekat perbatasan Somalia memiliki dampak yang sangat berat akibat hal ini.
Orang-orang yang diduga anggota kelompok teroris berbasis di Somalia itu menyerang desa Kamuthe dan membunuh tiga guru.
Beberapa hari sebelumnya, sebuah sekolah asrama di desa terpencil di daerah Dadaab, Garissa menjadi sasaran para penyerang Al-Shabaab.
Menurut laporan dari polisi, para teroris tersebut telah membunuh tiga orang siswa dan satu orang guru.
Kenya Timur sebagian besar dihuni oleh etnis Somalia yang merupakan salah satu daerah yang paling terpinggirkan di negara tersebut.
Sebagian besar penghuni di wilayah tersebut merupakan pengembala yang nomaden dan memiliki akses pendidikan yang terbatas.
Tujuh guru asing dari sekolah di kawasan Garissa pun telah meninggalkan sekolahnya beberapa minggu terakhir.
“Ketika para guru pergi, para siswa kembali ke kehidupannya yang nomaden,” ujar kepala sekolah asrama Balambala, Ahmed Abdi Mohamed.
Ahmedi mengaku sangat prihatin melihat para siswa kembali ke desanya dan membatu orang tuanya untuk mengurus ternak.
“Saya melihat murid murid saya kembali berternak dan itu menyakitkan, namun saya tidak bisa melakukan apa-apa.
“Saat saya bertanya kepada orang tuanya, mereka menjawab anak-anak hanya membuang waktunya disekolah yang tidak ada guru, sehingga para orang tua memanfaatkan mereka untuk membantunya di peternakan,” ujarnya.