Al Chaidar: Penumpasan Teroris MIT Harusnya Ditangani TNI Bukan Polri

Jakarta – Pengamat Terorisme, Al Chaidar mengatakan, penumpasan kelompok terorisme Mujahid Indonesia Timur (MIT) seharusnya ditangani oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan bukan oleh Polri.

Pasalnya, lanjut Al Chaidar, Kelompok kriminal bersenjata (KKR) pimpinan Ali Kalora itu, melakukan gerakan teror menggunakan istilah tamkin.

“Tamkin itu ada terorisme organik teritorial, hanya bisa dilawan oleh aparat negara yang juga organik dan teritorial,” ujar Chaidar, Sabtu (14/12).

Chaidar menilai, TNI sudah bisa diterjunkan untuk menumpas kelompok MIT seseuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Terorisme. Di mana dalam UU tersebut mengatur soal penghidupan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab).

“Kalau orang biasa disebut terorisme separatis. Jadi dia itu kelompok-kelompok separatis itu enggak bisa dihadapi oleh polisi, harus tentara,” tegas dia.

Chaidar menerangkan, kelompok MIT ini akan terus eksis kendati Santoso telah tewas dengan digantikan Ali Kalora. Sehingga, lanjut dia, dengan menerjunkan Koopssusgab TNI akan bisa menumpas kelompok teroris yang berada di Poso itu.

“Ya karena digabung (Tinombala) itu antara polisi dan TNI, itu kan seperti kucing dan anjing. Enggak bisa,” imbuh dia.

Dia menambahkan, MIT yang menggunakan strategi tamkin dalam melakukan terornya tidak akan mampu dihadapi Polri. Pasalnya, terorisme jenis ini organik dan bergerak secara teritorial.

“Polisi hanya bisa menangani teroris dinamik namanya, teroris tanzim, itu misalnya kelompok teroris di Padang kemudian operasinya di Medan, Aceh,” papar dia.

Chaidar menambahkan, tewasnya seorang Brimob karena kelompok MIT ini karena ingin menunjukkan eksistensi dan momentum Natal dan tahun baru karena kelompok ini sangat sensitif soal agama.

“Iya (aksi teror ini) jelang Natal dan tahun baru karena memang selalu mereka sangat sensitif dengan isu agama karena mereka hidup di tengah-tengah situasi (Poso dulu),” tandasnya.