Damaskus – Presiden Suriah, Bashar al-Assad berencana untuk mendakwa seluruh militan atau simpatisan asing ISIS di negaranya, khususnya mereka yang dipenjara di kamp-kamp di Suriah bagian utara yang dikuasai Kurdi.
Lebih dari 10.000 militan dan simpatisan ISIS saat ini ditahan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi yang didukung negara Barat. Dari total tersebut, sekitar 2.000 di antaranya berasal dari luar Suriah, termasuk beberapa dari Indonesia.
Ribuan perempuan asing dan anak-anak mereka juga ditahan di kamp-kamp di Suriah timur laut.
Presiden Assad membuat komentarnya dalam sebuah wawancara dengan majalah Paris Match. Dia ditanya tentang rencana kesepakatan damai antara Damaskus dengan Kurdi — salah satu faksi anti-Assad yang berperang dalam Perang Saudara Suriah.
Prospek perdamaian termasuk mengenai rencana menjadikan daerah yang dikuasai Kurdi berada bawah kendali pemerintahan Assad.
Ditinggalkan oleh sekutu mereka di AS bulan lalu dan menghadapi serangan Turki, SDF terpaksa beralih ke rezim Suriah dan Rusia untuk perlindungan –menjadikan Assad optimis bahwa ia bisa menyatukan kembali seluruh Suriah yang terpecah-pecah akibat perang saudara.
“Setiap teroris di wilayah yang dikendalikan oleh negara Suriah akan tunduk pada hukum Suriah dan hukum Suriah mengenai terorisme,” kata Assad kepada Paris Match, dikutip dari The Telegraph, Kamis (28/11).
“Kami memiliki pengadilan yang khusus menangani terorisme dan mereka akan dituntut,” tambahnya.
Kurdi mulai melakukan persidangan terhadap tersangka lokal di pengadilan mereka. Kendati demikian Kurdi mengatakan bahwa mereka tidak akan mengadili orang asing, sehingga mendesak pemerintah Suriah untuk bertanggungjawab atas mereka.
Sejauh ini Inggris dan sebagian besar negara Barat lain dari koalisi internasional melawan ISIS telah menolak untuk memulangkan warga negara mereka dari Suriah, dengan alasan masalah keamanan.