Kampar – Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror berhasil menangkap lima dari enam terduga teroris di Dusun II, Desa Kuapan, Kampar, Riau, pada Sabtu (9/11) pekan lalu sekitar pukul 13.00 WIB.
Pada terduga teroris yang ditangkap diketahui menjadikan hutan di perbatasan dua desa, Desa Kuapan dan Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, sebagai tempat atau kamp latihan mereka.
Kamp di hutan tersebut dijadikan tempat latihan sejak tiga bulan silam. Pelatihan ini yang kemudian tercium Densus 88 dan akhirnya berujung penangkapan. Tempat latihan di hutan itu hanya berjarak sekitar 60 km dari ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru.
Warga Desa Kuapan, Syukri kepada wartawan, Senin (11/11) menjelaskan, dalam proses penangkapan itu salah seorang terduga teroris berhasil melarikan diri. Sementara lima terduga teroris yang berhasil ditangkap, empat di antaranya tengah berada di kamp pelatihan mereka dan seorang lagi dicokok di warung.
“Warga Desa Kuapan yang ditangkap berinisial Ed. Dia biasa menerima tamu di rumahnya yang bergaya panggung,” kata Syukri.
Dituturkannya, setelah pulang umrah Ed rajin ke masjid untuk shalat berjamaah dengan warga. Namun, sambungnya, sejak kedatangan temannya dari luar desa dia tak pernah ikut shalat berjamaah lagi.
“Dia lebih banyak bersama kawan-kawannya ke hutan, latihan di sana,” ujar Syukri.
“Kami tak bisa masuk ke hutan melihat penangkapan mereka. Jalan ditutup, polisi berseragam dan pakaian sipil menenteng senjata api laras panjang terlibat sangat banyak,” lanjutnya lagi.
Usai penangkapan, Densus 88 Antiteror melakukan penggeledahan di rumah Ed dan membawa pipa paralon, besi-besi serta anak panah.
Saat penangkapan di akhir pekan tersebut, masih kata Syukri, sama sekali tak terdenar letusan senjata api. Penggeledahan di rumah Ed juga hanya berlangsung sekitar 15 menit.
“Penggeledahan selama 15 menit. Diangkut dua pipa paralon, anak panah dan besi-besi. Belum ada bom yang dirakit mereka. Itu kita lihat saat dibawa polisi,” ungkapnya.
Saat ditanyakan bagaimana keseharian Ed, Syukri mengatakan, usai pulang umrah, dan kedatangan teman-temannya, perangai dan perilaku Ed berubah.
“Biasanya makan siang di rumah dan salat di mesjid berjamaah. Namun, itu tak lagi dilakukan. Ed makan siang dan shalat di hutan, tempat dia berlatih bersama dengan rekan-rekannya. Hanya malam barulah pulang ke rumah,” kata Syukri.
Rumah dihuni Ed beserta anak dan istrinya terbuat dari papan, berkonsep rumah panggung. Kini, anak dan istri Ed diungbsikan keluarganya ke Pekanbaru yang berjarak sekutar 50 kilometer dari Desa Kuapan.