New York – Presiden Donald Trump berbicara dalam pertemuan Kabinet pada Senin 21 Oktober tentang keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Suriah utara, dengan alasan bahwa AS tidak pernah setuju untuk melindungi Kurdi selamanya.
Dikutip dari CNN, Selasa (22/10/2019), hal itu menunjukkan bahwa AS dapat mengamankan kesepakatan minyak bagi Kurdi untuk meningkatkan kekuatan ekonomi mereka dan mengatakan bahwa dialah “orang yang melakukan penangkapan” pejuang ISIS di Suriah.
Awal bulan ini, Presiden memutuskan agar AS meninggalkan wilayah Suriah bagian utara menjelang serangan Turki ke daerah itu.
Pasukan AS terpaksa meninggalkan bekas sekutu AS, Kurdi di wilayah itu. Ditambah lagi, pekan lalu AS menegosiasikan “gencatan senjata” dengan Turki agar Kurdi keluar dari wilayahnya saat ini.
Presiden berulang kali mengatakan selama pertemuan Kabinet bahwa alasan utama di balik keputusannya untuk membuat AS keluar dari Suriah utara adalah bahwa hal tersebut merupakan bagian dari kampanyenya.
Dia berargumen bahwa meski keputusannya tidak didukung di Washington, namun banyak orang yang berada di rapat umum bersorak keras ketika dia mengatakan akan membawa pulang pasukan Amerika.
Trump mengakui bahwa sisa pasukan AS akan tetap berada di Suriah. Sekretaris pertahanan mengatakan beberapa pasukan AS yang sementara akan tinggal di Suriah bertugas melindungi ladang minyak dari ISIS.
“Kami ingin menjaga persediaan minyak, dan kami akan melakukan sesuatu dengan Kurdi sehingga mereka punya aliran dana. Mungkin kami akan mendirikan salah satu perusahaan minyak besar untuk masuk ke sana,” ujar Trump.
Ia juga mengungkit masalah penangkapan anggota ISIS di Suriah, dengan alasan bahwa mantan Presiden Barak Obama tidak berhasil melakukan itu.
“Saya dan pemerintahan ini yang bekerja dengan pihak lain, termasuk suku Kurdi, dan menangkap semua orang yang Anda bicarakan saat ini,” lanjutnya.
“Itu dilakukan dalam waktu satu setengah bulan. Jadi, sayalah yang melakukan penangkapan. Saya lah yang tahu lebih banyak tentang hal itu daripada kalian, atau para pakar palsu.” tegas Trump.