Jakarta – Sejumlah pakar internasional dan nasional memberikan pembekalan pengetahuan kontra terorisme kepada peserta workshop pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara atau “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” di Jakarta, Selasa (23/4/2019). Dengan pembekalan ini diharapkan para peserta memiliki dasar pengetahuan sebagai bekal untuk menjadi duta damai dunia maya.
Pada sesi panel pertama yang bertema “Understanding The Threat of Terrorism and Violent Extremism tampil menjadi narasumber Mark Whitechurch (Kedubes Australia di Jakarta), Simon Finley (UNDP), Irakli Khodeli (UNESCO), dan Charles-Michel Geurts (EU CT Expert). Panel itu dimoderatori Andhika Chrisnayudha (Direktur Regional dan Multilateral BNPT).
Simon Finley mengungkap faktor yang mempengaruhi terorisme yaitu marjinal, ekonomi, politik, dan sosial. Hal itulah yang digunakan ISIS untuk melakukan propaganda di internet. Mereka menyebarkan propaganda dengan mempromosikan hidup yang lebih baik. Disinilah dibutuhkan kontra narasi untuk melawannya.
Atas dasar itu, lanjut Finley, UNDP membuat kemitraan yang disebut Creators for Change. Ini diperlukan untuk untuk menyampaikan dan membuat konten positif dengan mengajak dan bekerja sama anak-anak muda di Asia Tenggara.
Panelis selanjutnya Mr. Irakli Khodeli menguraikan bahwa tidak ada orang yang lahir atau hadir dengan kekerasan ekstremisme. Manusia sejak lahir belajar untuk hidup berkelompok berbeda etnis, agama dan ras. Namun globalisasi menjadi pemicu sikap ketidakpastian masyarakat tentang perbedaan. Hal itulah yang membuat propanganda radikal terorisme menjadi efektif mempengaruhi anak muda untuk bergabung dengan ideologi mereka. Faktor ini dinilai sangat kompleks dan tidak ada solusi yang tepat untuk melawannya sehingga semua harus bekerjasama melawan dengan membuat kontra narasi.
Khodeli juga menghimbau harus ada elemen efektif untuk melawan terorisme dengan mengidentifikasi berdasarkan penelitian dan riset pemicu terorisme. Menurutnya, UNESCO bekerjasama dengan pemerintah Filipina mengembangkan kegiatan positif melalui program UNESCO Youth & Sport Task Force. Program ini berisi sekelompok pemimpin muda dalam melakukan perubahan melalui olahraga. Dengan adanya UNESCO Youth & Sport Task Force diharapkan anak muda bisa mencurahkan energi dan kegiatan mereka ke bidang olahraga agar bisa mengalihkan perhatian mereka ke olahraga. Misalkan dengan menjadi idola baru yang disukai anak muda sebagai olahragawan dan pengaruh positif lainnya.
Pada giliran berikutnya Charles Michels Geurts (UE CT Expert) menyampaikan bahwa anak muda saat ini adalah ‘the most open generation’ atau generasi yang paling terbuka atau generasi internet, dimana generasi ini mengalami proses penetrasi informasi dan teknologi yang sangat besar.
“Tantangan anak muda saat ini adalah bagaimana untuk sadar, kritis terhadap informasi yang masuk terutama dari sosial media serta Whatsapp,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa, salah satu dampak dari globalisasi adalah terorisme. Terorisme adalah konflik global yang sering terjadi di negara berkembang.
Panel kedua mengambil tema “Developing Effective Counter-Narratives”. Sesi kedua menghadirkan narasumber Noor Huda Ismail (Yayasan Prasasti Perdamaian), Irfan Amalee (Peace Generation), Savic Ali (Direktur NU Online), Thomas Koruth Samuel (SEARCCT), dan Ivo Veenkamt (Hedayah), dengan moderator Tolhah Ubaidi (Kasudit Amerika dan Eropa BNPT).
Noor Huda Ismail, pembuat video Jihad Selfi, memberikan pengetahuan bagaimana cara membuat konten video yang padat dan menarik. Pertama konten itu harus dibuat konten yang simpel dan sederhana, kedua harus menciptakan hal-hal yang tidak terduga.
“Salah satu film saya, ‘Jihad Selfie’ itu mengejutkan karena tidak ada hubungannya jihad dengan selfi,” jelasnya.
Poin ketiga, lanjut Noor Huda, konten itu penting harus konkrit artinya orang bisa ikut merasakan apa yang dirasakan dalam cerita itu. Kemudian konten itu memiliki kredibilitas dan kedekatan, dan terakhir memiliki emosi.
Giliran selanjutnya Mr. Ivo Veenkamt dari organisasi internasional yang fokus pada pencegahan radikal terorisme, Hedayah. Ia membawakan paparan dengan judul ‘Strategic Communications & Messaging in Counter Violence Extremism. Di awal paparannya, ia memberikan apresiasi pada langkah BNPT membentuk duta damai dunia maya Asia Tenggara.
“Saya melihat luar biasa anak muda dari berbagai negara berkumpul di sini untuk bersama melawan terorisme di dunia maya,” kata Ivo.
Selanjutnya Ivo banyak memberikan pengetahuan tentang tugas organisasinya berkeliling dunia untuk memberikan pemahaman tentang ancaman radikal terorisme. Menurutnya, terorisme harus dilawan secara bersama-sama karena ideologi mereka akan selalu ada dan selalu mencari sasaran, terutama generasi muda.
Irfan Amalee yang sudah berkeliling dunia menggaungkan perlawanan terhadap radikal terorisme, membagikan pengalamannya selama 12 tahun bersama Peace Generation mengajarkan perdamaian di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Pihaknya memilih menyampaikan perdamaian itu melalui games (permainan). Menurutnya games sangat efektif untuk mengajak dan memberikan pemahaman kepada generasi muda.
“Dengan games orang akan lebih mudah menyerap, memahami, dan merasakan. Dengan games, orang bisa langsung mengalami sendiri, seperti bisa menjadi teroris, polisi, olahragawan, dan lain-lain,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, milenial banyak menghabiskan waktunya dengan bermain games. Apalagi games itu sifatnya freedom of explore. Dengan begitu anak muda bisa menjadi apa saja tergantung games tersebut. Sejauh ini games-games petualangan yang banyak diminati anak muda.
Setelah Irfan Amalee, giliran Savic Ali yang menggambarkan ‘perang’ konten di media-media online dan media sosial. Menurutnya, sejauh ini, media online di Indonesia yang berbasis Islam dibedakan dengan misi mereka. Ada yang kontennya islam moderat dan NKRI, ada yang abu-abu, dan ada yang masih sangat radikal.
Dan terakhir, Thomas Koruth Samuel (Southeast Asia Regional Centre for Counter-Terrorism (SEARCCT) banyak bercerita tentang program-program konta terorisme yang telah dijalankan di negaranya, Malaysia.