Bogor – Seluruh pimpinan di jajaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan berupaya untuk mengimplementasikan pencegahan paham radikalisme dan terorisme di instansi perusahaanya. Hal tersebut dikatakan Direktur Utama (Dirut) PT Wijaya Karya (Persero), Tbk, Ir. Tumiyana, MBA, usai mendapatkan pembekalan kembali dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, tentang Bahaya Penyebaran Paham Radikal Terorisme dan Upaya Pencegahannya.
“Sekarang sudah tahu semua artinya kita bisa ikut programnya BNPT apa yang disampaikan Pak Kepala BNPT dan kita bisa implementasikan sehingga itu bisa menanggulangi radikalisasi dengan preventif yang ada di seluruh Kementerian BUMN dalam hal ini di tingkat korporasi,” ujar Ir. Tumiyana, MBA, usai menerima pembekalan dalam acara BUMN Human Capital Managemen Great Leader Camp yang berlangsung di Pusat Kepemimpinan Wikasatrian milik PT Wijaya Karya (Persero), Megamendung, Bogor, Selasa (26/3/2019) siang.
Pembekalan yang diterima, Tumiyana, dari Kepala BNPT ini adalah yang kedua kalinya setelah sebelumnya beberapa pekan lalu dirinya bersama para Chief Executive Officer (CEO) atau Dirut BUMN se-Indonesia juga mendapatkan pembekalan yang sama pada acara BUMN Great Leaders Camp di Sespim Polri, Lembang, Bandung, Minggu (10/3/2019) lalu.
“Sekarang kita perlu Komitmen apa yang dijelaskan oleh Kepala BNPT ke seluruh Direktur SDM hari ini dan para CEO BUMN beberapa waktu yang lalu knowledge tentang radikalisme dan terorisme ini pun sebelumnya kita tidak punya. Sehingga acara hari ini dan beberapa hari yang lalu itu adalah komitmen kita semua atas perintah dari bu Menteri BUMN dan akan kita implementasikan supaya radicalism di lingkungan kita tertanggulangi,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Sumber Daya Manusia dan Teknologi Informasi PT Taspen (Persero), Muhammad Jufri, mengatakan bahwa dengan telah diterimanya pembekalan dari Kepala BNPT tersebut maka pihaknya menyadari bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang besar dan kemudian ada bonus demografi dari usia muda yang begitu banyak.
“Kebetulan kami sebagai supervisi SDM di BUMN tentunya menjadi hal yang mutlak pertama adalah NKRI tidak boleh ditawar. Undang-undang Dasar 1945, Pancasila itu sebagai sebuah konsensus yang mutlak harus dipegang oleh seluruh insan, khususnya kami di BUMN itu menjadi harga mutlak,” ujarnya.
Lalu yang kedua, bahwa pengembangan pendidikan itu menjadi landasan pengembangan untuk mencegah radikalisme yang selama ini mungkin bisa menghancurkan kesatuan bangsa. Dan yang ketiga menurutnya adalah untuk generasi penerus termasuk anaknya secara pribadi serta orang yang kelak akan lahir di negara ini dan pendidikan itu harus menjadi sebuah sistemmik yakni menganut system bahwa paham radikalisme adalah memecah belah bangsa dan menghancurkan kehidupan manusia.
“Harapan kedepan yang pertama adalah bahwa paham radikalisme mutlak harus disingkirkan, kedua bentuk sistem pendidikan untuk mencegah radikalisme secara sistemik. Harus di masukan sebagai kurikulum mulai dari kandungan, TK, SD, SMP, SMA sampai ke Perguruan Tinggi dan seluruh kelompok kelompok organisasi yang ada. Dan negara harus memonitor ini agar bangsa ini tetap utuh dan tidak terpecah-belah oleh paham paham radikalisme yang ada,” ujarnya
Dirinya juga mengatakan bahwa dalam upaya mencegah masuknya paham radikal terorisme di perusahaaanya tentunya dimulai dari metode rekruitmen yang mana pihaknya harus melakukan proses terhadap kandidat-kandidat yang akan menjadi pegawai, apakah memiliki potensi sebagai orang yang memiliki radikalisme atau tidak
“Kedua, terhadap yang sudah ada tentunya pemahaman akan UUD 1945 dan Pancasila, kesatuan bangsa itu akan terus-menerus menjadi sebuah program edukasi di setiap pendidikan. Mulai dari level dasar pendidikan, level eksekutif sampai pekerjaan pekerjaan rutin pun harus menjadi sebuah mindset yang terbentuk bahwa kesatuan bangsa adalah hal yang utama,” katanya..
Sementara itu Direktur PT Indah Karya (Persero), Ir. Etty Silviawaty, M.Si, mengatakan bahwa dirinya bersyukur mendapatkan pencerahan dari Kepala BNPT mengenai bahayara radikalisme dan terorisme. Apa yang disampaikan Kepala BNPT telah membuka mata dirinya dan rekan-rekannya yang lain bahwa musuh-musuh dari semua yang ada di kita ini adalah diri kita sendiri atau yang ada di dalam negara kita sendiri.
“Sekarang ini teknologi bukanlah yang sekarang digembar-gemborkan oleh kita semua bahwa teknologi itu sangatlah bermanfaat dan bagus, ternyata memang harus kita pilah-pilah. Karena di situ adalah sumber dari radikal tadi,” ujarnya.
Dengan penjelasan tersebut pihaknya juga akan berupaya semaksimal mungkin dalam melakukan proses rekruitmen pegawai di instansinya agar tidak tersusupi pegawai yang memiliki paham kekerasan. Khususnya kaum millennial yang utama menurutnya adalah ketakwaannya dan integritasnya yang akan di lihat. Dan saat rekrutmen proses screaning juga akan dilakukannya secxara ketat. Tidak hanya intelektual ataupun nilai akademisnya saya yang diutamakan, tetapi aqidahnya juga dilihat.
“Itulah pentingnya melakukan assessment, akan dilihat dari soft competency maupun potensinya nya. Softnya harus kita lihat apakah dia orang yang mudah dipengaruhi atau tidak?,Dari situ kita bisa memasukkan kelemahan-kelemahan mereka. Itu untuk menghindari radikal-radikal di perusahaan kita,” katanya mengakhiri.
Seperti diketahui acara BUMN Human Capital Managemen Great Leader Camp dengan mengambil tema ‘Membangun Bangsa melalui Penguatan Sinergi dan Soliditas BUMN’ ini diikuti sebanyak 153 peserta yang terdiri dari para Direktur SDM dari seluruh BUMN dan Direktur SDM dari beberapa anak perusahaan BUMN. Selain itu acara ini juga diikuti oleh beberapa pejabat dari Kementerian BUMN.