Kuta – Indonesias melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Rusia yang menjadi ketua bersama (co-chairs) pertemuan ASEAN Regional Forum tentang Penanggulangan Terorisme dan Kejahatan Transnasional ke-16 (16th ARF ISM on CTTC) di Kuta, Bali, Kamis (21/3/2019). Pertemuan itu merupakan hasil dari tindak lanjut kesepakatan Pertemuan Tingkat Menteri ke-25 ASEAN Regional Forum (ARF) tahun 2018 di Singapura. Forum itu membahas perkembangan isu terorisme dan kejahatan lintas negara terkini serta arah kerja sama ARF ISM on CTTC ke depan
Pertemuan itu diawali sambutan dari Kapolda Bali Irjen Pol. Dr. Drs. Petros R. Golose, MM, yang juga mantan Deputi Kerjasama Internasional BNPT. Dilanjutkan dengan paparan dari keynote remark Deputi Bidang Politik Luar Negeri Kemenko Polhukam Dr (HC) Drs. Lutfi Rauf, MA. Dalam paparannya, Lutfi Rauf menekankan perlu perlu adanya kerja sama yang terintegrasi dan terkoordinasi dalam upaya memberantas obat-obatan terlarang dan perdagangan orang. Selain itu perlu juga pendekatan yang menyeluruh dengan melibatkan perempuan dan pemuda dalam penanggulangan radikalisme dan kejahatan ekstrim, serta adanya urgensi untuk memperbarui ARF CTTC Workplan untuk memenuhi rencana aksi yang belum terimplementasi dari Hanoi Plan of Action.
16th ARF ISM on CTTC intinya untuk membahas efektivitas kerja sama keamanan regional yang sudah ada dan upaya peningkatannya dalam mengatasi isu terorisme dan kejahatan lintas negara seperti illicit drugs, trafficking in persons dan radikalisme/violent extremism. Sebagai ketua bersama, Indonesia mengusung isu Counter Violent Extremism (CVE) sebagai tema utama pertemuan. Terkait hal ini, Indonesia mengajukan draft dokumen ARF Statement on Preventing and Countering Violent Extremism Conducive to Terrorism untuk dibahas dan diharapkan dapat disahkan di Pertemuan Tingkat Menteri ARF ke-26 di Thailand, Agustus 2019 nanti.
Seperti diketahui, sejak pembentukan ARF ISM on CTTC, Indonesia senantiasa memegang peranan penting dalam mendorong kerjasama CTTC di ARF, terlihat dari perannya sebagai co-chair ARF ISM on CTTC pada tahun intersesi 2007-2008 bersama India, 2013-2014 bersama New Zealand, dan 2015-2017 bersama India.
Pada 15th ARF ISM on CTTC yang diselenggarakan di Semarang pada tanggal 6-7 April 2017, pembahasan difokuskan untuk mendorong dialog dan penguatan kerja sama pemberantasan terorisme dan kejahatan lintas negara yang terjadi di laut serta penanganan isu perdagangan manusia. Upaya Indonesia dalam isu penanganan isu terorisme dan dan kejahatan lintas negara di ARF ISM on CTTC ini melengkapi upaya yang juga dijalankan di mekanisme lainnya di ASEAN seperti ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC)/SOMTC dan ASEAN Defence Ministerial Meeting (ADMM)/ADMM-Plus.
Pertemuan ARF ISM on CTTC diselenggarakan selama dua hari dan dihadiri oleh 27 negara yang terdiri dari 10 negara anggota ASEAN, 10 negara mitra dialog ASEAN dan 7 negara-negara di luar mitra dialog. Pertemuan hari pertama difokuskan pada pembahasan perkembangan isu terorisme dan kejahatan lintas negara terkini serta arah kerja sama ARF ISM on CTTC ke depan. Pembahasan hari kedua dikhususkan untuk mendiskusikan penyusunan ARF Workplan on CTTC 2019-2021 dan pembahasan inisiatif kegiatan ARF untuk tahun intersesi 2019-2021.