Bogor – kelompok radikal teroris menggunakan agama sebagai justifikasi pembenaran aksinya, agama juga di eksploitasi untuk merekrut anggota baru. Agama yang sejatinya mengajarkan persatuan dan membawa ajaran serta pesan perdamaian, ditangan kelompok teroris menjadi begitu menyeramkan, inilah yang harus benar-benar dilawan sehingga generasi berikutnya tidak terpengaruh pemahaman kelompok radikal teroris.
“Agama sejatinya merupakan rahmatan lil’alamin, agama mengajarkan keindahan dan pesan-pesan perdamaian, ini yang mesti dirawat dan dijaga, sehingga pemahaman radikalisme dapat kita bendung secara bersama-sama dimanapun dan apapun instansi tempat kita berkarya” ujar Kasubdit Kontrapropaganda BNPT, Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko, ketika memberikan materi ke 36 siswa Badiklat Kemhan. Senin, (30/01/19).
Selanjutnya Kasubdit Kontrapropaganda menjelaskan bahwa radikalisme bukan persoalan agama, hanya saja kelompok radikal menggunakan agama sebagai tameng atau dalih oleh karenanya dengan pemahaman yang salah tersebut banyak dari kelompok radikal yang sebenarnya tidak mengerti agama, bahkan ketika ditemui banyak diantara mereka yang tidak pandai membaca Al-Quran.
Baca juga : Dai Medsos LDNU Wajib Tangkal Hoax & Radikalisme
“Suatu ketika kami menemui napi teroris, dibadanya banyak tato, ketika masuk sholat kami mengajaknya sholat ternyata dia tidak sholat, kami kaget setelah ditanya ternyata dia mengatakan “yang penting bela agama”. Ujar Sujatmiko.
Menurut Sujatmiko, pemahaman radikal terorisme kini telah masuk ke berbagai sendi-sendi kehidupan, mulai dari dunia pendidikan hingga berbagai lini pekerjaan, bahkan ada seorang mantan direktur di otoritas Batam yang juga terpengaruh oleh bujuk rayu kelompok radikalisme.
Diakhir paparanya, Sujatmiko berharap kepada siswa Bela negara yang telah mendapatkan materi anti-radikalisme agar berhati-hati terhadap berbagai narasi yang tersebar di dunia maya, hendaklah selalu kroscek kebenaran dan apabila menyangkut suatu paham terlebih agama bertanyalah pada ahli terutama ulama atau kiai-kiai yang moderat.