Jakarta – Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) telah menjelma menjadi kekuatan baru di Timur Tengah. ISIS yang baru terbentuk 2014 lalu, kini sudah melebarkan wilayahnya sampai tiga kali lipat dari Lebanon dan Kuwait. Fakta itu jelas telah menjadi ancaman nyata bagi umat islam karena ISIS menggunakan islam sebagai ‘kendaraan’ untuk melebarkan organisasinya.
“Sekarang suka atau tidak suka ISIS telah menjadi kekuatan yang menakutkan di Timur Tengah, bahkan bagi warga dunia. Ini adalah ancaman yang harus benar-benar diwaspadai umat islam, karena ISIS memang menyerang umat islam dari berbagai sendi keagamaan. Yang pasti ISIS itu bukan islam, karena islam itu tidak mengenal kekerasan, perkosaan, pencurian, dan pembunuhan,” papar Ikhwanul Kirom, pengamat Timur Tengah pada Dialog Moderasi Islam “Pencegahan Faham ISIS Di Kalangan Persaudaraan Imam Masjid di Hotel Sriwijaya, Jakarta, Sabtu (8/8/2015).
Fakta ini, lanjut Ikhwanul Kirom, tidak bisa didiamkan. Artinya, umat islam, terutama di Indonesia, harus bersatu untuk menangkal ‘serangan’ ISIS, terutama propaganda-propaganda mereka di dunia maya, yang menjadi andalan mereka untuk merekrut anggota baru dari seantero dunia. Ia khawatir bila kondisi ini dibiarkan, ISIS akan semakin menggila.
“Indonesia sangat rentan dengan propaganda ISIS karena gerakan radikalisme akan tumbuh sumber di masyarakat dan negara yang tumbuh konflik. Makanya saya khawatir, seperti adanya konflik Tolikara akan mudah disusupi oleh ISIS. Ini harus benar-benar diwaspadai, karena ISIS bisa masuk dari media apa saja,” imbuh Ikhwanul.
Menurut Ikhwanul, ideologi ISIS sebenarnya sunni, karena mereka awalnya adalah mantan pengikut Saddam Hussein yang tidak sepaham dengan pemerintahan Irak yang sekarang. Tapi bedanya, mereka adalah sunni khawarij.
“Inilah yang membuat saya khawatir, karena ideologi sunni, akan banyak umat islam sunni yang bergabung dengan mereka. Ini yang harus diluruskan dan itu menjadi tugas para ulama di Indonesia untuk meluruskan fakta tersebut. Yang pasti ISIS dengan ideologi sunni khawarij bisa membunuh orang syiah dan sunni yang tidak mau berbaiat kepada mereka,” ungkap Ikhwanul Khirom.
Atas fakta itu, Ikhwanul mengaku heran kenapa umat muslim tidak mempersoalkan klaim-klaim yang dilakukan ISIS. Padahal jelas, ISIS mengambil atribut islam, tetapi perilakunya tidak islami.
Dari pengamatan yang ia lakukan, Ikhwanul menilai ISIS memiliki kelebihan dalam merekrut anggota terutama propaganda mereka di media sosial. Dan itu sasarannya adalah anak-anak muda berusia 25-30 tahun. Bahkan yang tergabung dengan ISIS tidak hanya umat islam, tetapi juga banyak non muslim yang tertarik dengan iming-iming gaji besar.
“Inilah yang harus kita sadari juga karena anak muda sekarang menghabiskan wkatu di media internet, sehingga apa yang ada di sana mereka telah begitu saja. Kembali ini menjadi tugas ulama dan orang tua untuk memberikan bekal agar para generasi muda itu punya benteng diri dalam menghadapi propaganda ISIS,” kata Ikhwanul.
Selain itu, ia juga mengimbau kepada peserta dialog yang juga para imam masjid untuk pro aktif menyuarakan gerakan anti ISIS. Ia juga memberikan apresiasi tinggi kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang secara konsisten menggelar dialog dan sosialisi pencegahan faham ISIS dan radikalisme di seluruh Indonesia.
“Sekali lagi umat islam harus merapatkan barisan dalam membendung, bahkan kalau bisa menumpas kelompok ISIS. Mereka jelas-jelas kelompok radikal yang ingin menghancurkan dunia,” tutur Ikwanul.