Sorong – Jelang Natal dan Tahun baru 2019, Polres Sorong Kota, Papua Barat, mengantisipasi adanya gerakan radikal yang membawa isu agama, dengan sasaran mengganggu kerukunan umat beragama.
Wakapolres Sorong Kota, Kompol Hengki Kristanto Abadi mengatakan gerakan radikal yang mengangkat isu agama di wilayah Sorong ini menjadi antensi penting yang harus diantisipasi oleh jajarannya.
“Populasi Muslim dan Kristen sama-sama 50% di sini. Sehingga jika terjadi polarisasi agama ini akan sangat berbahaya,” ujar Hengki, seperti dikutip Sindonews.com, Rabu pagi (12/12).
Dia menjelaskan, setidaknya ada beberapa tipe gerakan radikal di Sorong Kota. Pertama yang berbasis ideologi politik, Kedua isu agama. “Tetapi kita fokus pada yang kedua, isu agama,” tegas dia.
Untuk radikalisme sendiri, pihaknya melakukan upaya-upaya penangkalan. Sebab segala potensi munculnya paham dan tindakan radikal pasti ada.
Setiap permasalahan di Sorong, bisa menjadi potensi. “Nah kita lebih baik itu mencegah daripada itu muncul, jadi bahasanya mencegah lebih baik daripada mengobati,” tutur Hengki.
Cara mengantisipasinya sebagai contoh dengan menggelar diskusi bersama sejumlah tokoh masyarakat dan agama. Dari diskusi itu, pihaknya mendapat penjelasan rill terkait permasalahan yang ada di Sorong dan inovasi untuk menyelesaikannya.
“Kita mencoba mencari ide-ide, kreasi-kreasi, inovasi-inovasi yang datang dari masyarakat sendiri yang betul-betul mengerti tentang akar masalah, yang betul-betul mengerti tentang kebijaksanaan lokal, dalam kita bisa mengatasi permasalahan yang terjadi di wilayah hukum Polres Sorong Kota,” pungkas Hengki.
Selain gerakan radikal, kami juga fokus terhadap pemberantasan narkoba dan kasus kriminal lainnya. Di sini peredaran sabu ada, tapi yang terbanyak ganja, karena dibawa dari Papua Nugini,” ungkapnya.