Jakarta–Upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya terorisme yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dinilai sangat efektif dalam meredam propaganda paham radikalisme dan terorisme, terutama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Penilaian itu disampaikan oleh pengamat sekaligus mantan teroris, Nasir Abbas.
Ketika awal 2014 lalu banyak sekali eforia yang menyebarkan soal ISIS dan mengajak orang bergabung dengan ISIS. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi seperti itu. Bahkan sekarang orang-orang sudah tidak berani lagi memasng bendera-bendera yang berbau kelompok terorisme. Artinya, Indonesia sudah berhasil meradius gerakan kelompok tersebut sehingga tidak ada lagi kabar WNI yang berangkat ke Suriah, ujar mantan anggota Jamaah Islamiyah di Jakarta, Kamis (6/8/2015).
Menurut Nasir Abbas, hal itu tidak lepas dari upaya pemerintah, dalam hal ini BNPT yang terus melakukan sosialisasi dan pembekalan soal bahaya ISIS di seluruh Indonesia. Ia berharap upaya itu terus digalakkan dan dintensifkan demi menutup ruang gerak paham radikalisme dan terorisme.
Tentu sosialisasi itu jangan berhenti bahkan kalau bisa bisa lebih menyeluruh ke seluruh Indonesia. Selama ini banyak orang yang awam dan tidak sadar dengan ancaman paham-paham negatif tersebut. Jadi dengan adanya sosialisasi atau dialog, masyarakat menjadi tahu bahaya paham negatif, imbuh Nasir.
Kendati demikian, Nasir Abbas tetap menyarankan agar kondisi ini tidak diartikan sebagai kondisi aman. Artinya, bangsa Indonesia tidak boleh lengah dan terkecoh sehingga mengendurkan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme.
Jangan penah lengah dengan kondisi ini, karena kelompok radikalisme itu sangat aktif melakukan propaganda, pungkasnya.