Kabupaten Soppeng – Imam besar masjid Istiqlal, Jakarta, K.H. Nasarudin Umar, Kamis (30/8/2018), menjadi pemateri di kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Proses penyuluhan agama ditekankannya harus disampaikan dengan santun.
“Feminim is super power. Kelembutan, soft approach, adalah kekuatan tak terhingga dalam pencegahan terhadap paham radikal terorisme,” kata Nasarudin.
Penguatan penyuluh agama, lanjut Nasarudin, adalah bentuk soft approach yang dijalankan oleh BNPT. “Maka penyuluh agama juga harus menyampaikan dakwahnya dengan hikmah, dengan santun dan penuh kelembutan, agar radikalisme yang ada bisa diluluhkan,” tambahnya.
Kepada seratusan penyuluh agama peserta kegiatan, mantan Wakil Menteri Agama ini juga berpesan agar penyuluhan agama menjadikan masyarakat semakin cerdas. “Masyarakat yang cerdas akan dengan sendirinya menolak ajaran yang tidak menghadirkan cinta. Radikal terorisme adalah paham yang mengajarkan kekerasan,” lanjutnya.
Dalam paparannya Nasarudin juga menegaskan tidak ada alasan dan dasar apapun yang bisa dijadikan pembenaran untuk kekerasan dalam beragama. Penyuluh agama diminta bisa menkonter propaganda aksi bunuh diri menjadikan pelakunya dijemput oleh bidadari.
“Pelaku terorisme mati dengan cara kafir. Nabi (Muhammad) tidak pernah mengajarkan untuk bunuh diri, demikian juga sahabat Nabi, tidak ada satupun teladan untuk melakukan aksi bunuh diri,” tegas Nasarudin.
Di akhir paparannya Nasarudin mendorong penyuluh agama agar mampu menyatukan kembali kebersamaan di masyarakat yang belakangan mulai berserakan akibat pengaruh radikalisme dan terorisme. Penyuluh juga diminta bisa menyatukan yang berbeda, untuk menjadikan Indonesia yang semakin kuat dalam melawan paham radikal terorisme.
Kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di Kabupaten Soppeng terselenggara atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia.
Ketua FKPT Sulawesi Selatan, Arfin Hamid, mengatakan penguatan kapasitas penyuluh agama ini dilaksanakan dengan tujuan meluaskan pengetahuan penyuluh dalam menghadapi tantangan pencegahan radikalisme di masyarakat. BNPT dan FKPT disebutnya sadar betul jaringan pelaku terorisme juga meningkatkan kapasitanya, sehingga penyuluh agama yang diharapkan berada di garda terdepan harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup.
“Kita semua makan, minum, hidup dan mungkin nanti mati di Indonesia. Mari jaga Indonesia, tidak perlu mencari-cari ideologi selain yang sudah diakui oleh negara,” tutup Arfin. [shk/shkj]