Salah satu keagungan tuhan adalah merahasiakan atas segala apa yang akan menimpa manusia. Jika manusia mengetahui atas apa yang akan menimpanya, maka sungguh tidak akan dapat menjalani hidupnya secara prima karena akan selalu dihantui dengan apa yang akan menimpanya dirinya atau akan bersuka ria jika yang akan didapatkan adalah kebahagian.
Namun yang perlu dicatat sebagai seorang yang beriman bahwa apapun yang menimpa kita sudah merupakan ketentuan tuhan yang tidak mungkin akan ditolak seperti bencana gempa, kebakaran, banjir dan kematian. Semua peristiwa alam adalah musibah yang akan menimpa setiap manusia, tanpa harus memberitahukannya. Di sinilah letak kebijaksaan Tuhan agar manusia selalu waspada, sadar, dan selalu ingat Allah serta penuh kehati-hatian dalam menjalani hidup ini.
Periswtiwa Gempat di Lombok adalah sebuah takdir yang tidak satupun umat manusia yang dapat memprediksikannya. Manusia hanya sebatas mengira-ngira walaupun ia telah mencapai pengetahuan yang luar biasa. Namun pengetahuan Allah jauh lebih agung daripada pengetahuan manusia. Seandainya pengetahuan manusia dapat mengalahkan pengetahuan Allah, maka tidak akan ada kejadian-kejadian alam yang akan menghilangkan korban jiwa. Akan tetapi di sinilah letak keterbatasan manusia sehingga manusia tidak bisa menyalahkan yang lain jika Allah menimpakan sebuah musibah, karena yang demikian itu adalah bentuk kemusyrikan. Manusia harus yakin bahwa apapun yang menimpanya semata-mata karena izin Allah Swt.
Kemusyrikan bukan saja mempersektukan Allah, tetapi menolak musibah dan menyalahkan yang lain sebagai akibat dari musibah itu. Sikap seperti itu juga merupakan bagian dari bentuk kemusyrikan, misalnya menganggap Asian Games adalah faktor musibah terjadinya gempa yang menghilangkan ratusan jiwa warga Lombok. Jelas pandangan tersebut adalah sebuah keyakinan yang meyimpang.
Asian Games sama sekali tidak ada kaitannya dengan gempa Lombok dan membanding-bandingkan korban dengan apa yang raih para atletik adalah sebuah perbandingan yang sangat keliru. Penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang bukanlah sesuatu yang baru kemarin dijadwalkan oleh pemerintah, tetapi jauh sebelumnya telah direncanakan dengan baik tanpa satupun panitia yang mengetahui bahwa menjelang Asian Games akan terjadi gempa di Lombok yang akan menghilangkan ratusan jiwa warga Lombok.
Oleh karena itu, kita tidak bisa mengait-ngaitkan persitiwa itu atau membanding-bandingkan korban jiwa bencana dengan para atlet yang meraih medali. Para korban bencana gempa adalah syuhada dan kita harus selalu mendoakan, sementara para atlet peraih medali pada laga olahraga ini adalah duta-duta bangsa kita. Demikianlah Allah menentukan takdirnya kepada setiap orang karena sesungguhnya Allah yang memberikan hikmah dan mencabut hikmah dari seseorang sesuai dengan kehendaknya.
Saudara-saudara kita yang menjadi korban akibat bencana gempa bumi harus selalu kita doakan agar Allah dapat memberikan yang terbaik. Bagi yang meninggal kita doakan agar mendapat tempat yang layak di sisinya dan yang masih hidup kita doakan kuat dan sabar dan semoga Allah dapat memberikan kepada mereka hikmah yang lebih besar.
Sementara saudara-saudara kita yang berhasil meraih medali pada laga olahraga Asian games adalah duta-duta bangsa yang membanggakan. Kita harapkan mereka akan memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara di masa yang akan datang, bukan saja di bidang olahraga tetapi juga diharapkan semakin giat untuk membawa citra bangsa yang lebih baik ke pentas dunia yang lebih luas.