Lamongan – Upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-73 yamg digelar di Alun-Alun, Kabupaten Lamongan, Jumat (17/8/2018) siang terlihat berbeda. Dari beberapa barisan pasukan yang terdiri TNI-Polri, Korpri, Resimen Mahasiwa, Ormas, Mahasiswa, Pelajar tampak terlihat satu peleton pasukan lain. Mereka terlihat berbaris rapi dan berada tepat lurus di depan mimbar kehormatan.
Sepasukan ini tampak mengunakan pakaian kemeja berwarna dasar abu-abu kombinasi orange di kerah baju dipadu celana panjang, sepatu hitam dan mengenakan peci hitam yang juga dipasang pita bermotif bendera putih secara melingkar. Pada dada kanan kemeja para pasukan tersebut terdapat logo Garuda Pancasila bertuliskan Indonesia. Lalu di dada kiri terdapat ogo Yayasan Lingkar Perdamaian dan di belakang atasnya bertuliskan #SayaIndonesia.
Satu peleton pasukan berjumlah 30 orang ini tak lain adalah para mantan narapidana kasus terorisme (napiter), para kombatan dan jaringannya yang mana sebagian besar di antara mereka ini pernah menempuh pendidikan di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan, Mindanao Filipina dan pernah melakukan aksi terorisme baik di Tanah Air dan di luar negeri.
Mereka tampak khidmad mengikuti upacara tersebut dari awal hingga akhir. Mereka juga tampak memberikan hormat terhadap Bendera Merah Putih yang dikibarkan oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Lamongan.
Tak sekedar berdiri untuk mengikuti upacara, di hadapan para masyarakat dengan disaksikan para Forum Komunikasi Pemimpin Daerah (Forkominda) Kabupaten lamongan mereka juga mengucapkan Ikrar Perdamaian Untuk Setia Kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal tersebut usai acara pokok, pasukan tersebut tampak maju kedepan dan berhenti tepat di depan tenda para undangan. Setelah Komandan Peleton tersebut memberikan laporan kepada Bupati Lamongan, Fadeli, yang sebelumnya menjadi Inspektur Upacara, tampak Ketua YLP, Ali Fauzi Manzi yang tak lain adalah adik dari terpidana mati bomber bom Bali 1, Amrozi dan Ali Ghufron berdiri dari tempat duduknya di tenda undangan untuk maju kedepan pasukan tersebut memberikan teks tersebut kepada sang pembaca ikrar, Yusuf Anis (55) yang merupakan alumni Afghanistan dan pernah menjadi trainner bom di Ambon, Poso dan Mindanao.
Lalu ikrar tersebut ia bacakan dan diikuti oleh kelompok pasukan mantan kombatan tersebut. Ikrar tersebut berbunyi
Bismillahhirohmanirohim
Dengan memohon rahmat Allah SWT, dan atas kesadaran hidup berbangsa dan bernegara, kami keluarga besar Lingkar Perdamaian berikrar bersama-sama :
1. Cinta dan Setia kepada Tanah Air Republik Indonesia,.
2. Siap menjadi duta perdamaian, dengan merajut ukhuwah,
3. Taat dan patuh kepada aturan kehidupan, berbangsa dan bernegara,
4. Membantu aparatur negara dalam penanganan radikalisme dan terorisme di Indonesia,
5. Bersama TNI-Polri menjaga perdamaian dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Usai pembacaan ikrar tersebut tampak para undangan dan masyarakat yang menyaksikan bertepuk tangan. Selanjutnya pasukan tersebut kembali ke barisan semula.
Ditemui seusai upacara, Ali Fauzi mengatakan bahwa ini adalah untuk kali kedua para rekan-rekannya tersebut mengikuti Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Yang mana pada perayaan upacara tahun lalu digelar di Ds. Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kab. Lamongan yang tak lain adalah kampung halamannya yang mana pernah dipakai sebagai tempat untuk merakit 1,2 ton bom Bali 1. Namun pada upacara kali ini mereka melakukanya di Alun-Alun Lamongan bersama Pemerintah Kabupaten Lamongan dan seluruh komponen masyarakat
“Ini menjadi tantangan bagi saya karena saya sering menerima pesan di sosial media yang mengatakan bahwa kita paling Lingkar Perdamaian ini hanya mau melakukan upacara di kandang sendiri (Tenggulun) saja, tidak mau diluar. Dan ini adalah bagian dari pembuktian bahwa dimana pun saja kita siap,” ujar Ali Fauzi.
Bahkan dirinya berharap tidak hanya di level Kabupaten saja dirinya melakukan upacara dan pengucapan ikrar tersebut. “Suatu ketika nanti kalau kita diundang di tingkat provinsi dan bahkan di Istana Negara pun kita siap untuk hadir dan melaksnakannya upacara bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan aktifitas yang lainnya secara bersama-sama dengan para pejabat tinggi negara,” kata pria yang ahli dalam merakit bom ini.
Dirinya mengatakan bahwa rekan-rekannya tersebut sebelumnya telah melakukan persiapan latihan baris berbaris dan pengucapan ikrar secara bersama-sama selama tidak kurang selama tujuh hari dengan dilatih oleh personil dari Polres Lamongan.
“Dan selama latihan tersebut kawan kawan mantan napiter dan kombatan tampak begitu menikmati, meskipun harus lelah atau capek tapi mereka selama ini tampak begitu antusias.,” ujar Ali Fauzi yang pada upacara HUT RI tahun 2017 lalu bertindak sebagai petugas pembaca Pembukaan UUD 1945.
Ali Fauzi yang juga pernah berguru di Afganistan ini mengatakan bahwa pentingnya momen upacara HUT Kemerdekaan RI ini adalah untuk melihat kebelakang apa yang pernah dilakukan dirinya bersama rekan-rekannya yang pernah anti terhadap Pancasila, anti NKRI, anti bendera Merah Putih dan dibuktikan bahwa dirinya dan rekan-rekannya sudah sembuh untuk berkomitmen kembali dan mengakui NKRI ini.
“Tentunya kami semua juga masih butuh sendyuhan, bimbingan dari semua elemen masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan juga para petinggi negara untuk memberikan bimbingan kepada kami semua agar tidak salah lagi. Saya pikir kalau kita bersama-sama mengupayakan pemberian bimbingan dengan sabar saya yakin kita semua bisa menjadi generasi yang tangguh dan cinta terhadap NKRI,” ujarnya.
Tak hanya sekedar mengikuti uoacara dan mengucapkan ikrar semata. Pihaknya bersama rekan-rekannya juga mengikuti program kegiatan Pembinaan Wawasan Kebangsaan dam Keagamaan yang diadakan Badan Nasional Penangglangan Terorisme (BNPT) sejak Rabu (15/8/2018) lalu.
“Termasuk lomba menghafalkan teks Pancasila, Projlamasi dan Pembukaan UUD 1945 yang diadakan BNPT Kamis kemarin. Selesai upacara ini kami juga mengadakan lomba tradisional seperti balap karung, makan kerupuk bersama para warga dan juga aparatur Desa Tenggulun untuk sama-sama mensyukuri kemerdekaan Indonesia ini,” kata Ali Fauzi mengakhiri.